Kabut Asap, Pengusaha Laundry Harus Cuci dan Jemur Berkali-kali
Reporter
Antara
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Senin, 23 September 2019 15:19 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Pengusaha kecil mengeluhkan kabut asap dampak dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) mengganggu sumber penghasilannya. Salah satunya adalah pelaku usaha jasa mencuci baju (Laundry) dan pedagang kaki lima kue basah di Kota Jambi.
"Kalau menjemur itu jadi banyak debu bajunya, sehingga kita harus bersihkan lagi," kata seorang pelaku usaha laundry, Indah di Jambi, Senin 23 September 2019.
Indah menuturkan kabut asap tidak mempengaruhi konsumen pengguna memanfaatkan jasa laundry. Namun asap mengganggu proses penjemuran. Pakaian yang sudah dicuci dan dijemur, kata dia, kembali kotor karena debu dan kabut asap.
Sementara itu, pedagang kaki lima (PKL) yang menjual kue-kue basah juga mengeluh asap yang semakin pekat dan bercampur debu.
"Iya, jadi banyak debu yang menempel di makanan," kata penjual kue basah, Meta. Meta cemas barang dagangannya tak laku.
Dalam sepekan terakhir kabut asap yang terjadi di kota itu semakin pekat, kata dia, terutama pada malam hari. Pada malam hari, kabut asap yang semakin pekat tampak seperti debu-debu yang berterbangan dan terlihat sangat jelas.
<!--more-->
Menurut dia, Jambi saat ini sudah darurat cuaca. Karena, kabut asap yang biasanya hanya dialami pada malam hari, kini sudah terjadi di sepanjang hari, dari pagi, siang sampai sore dan semakin pekat. Suasana di Kota Jambi pada siang hari jadi menyerupai sore hari.
"Darurat cuaca sudah, coba saja letakkan motor di luar, tidak sampai satu jam sudah penuh dengan debu, dada saja terasa sesak," kata Meta.
Dia menuturkan tahun ini kabut asap yang terjadi lebih parah dari pada tahun-tahun sebelumnya. Ia berharap pemerintah dapat melakukan suatu upaya dan tindakan sebagai solusi untuk menghentikan kabut asap yang terjadi.