Karyawan menunjukkan contoh emas batangan yang dijual di Butik Emas Logam Mulia, gedung Sarinah, Jakarta, 28 Mei 2018. Berdasarkan harga acuan kantor Antam Pulo Gadung, harga jual emas Antam pada perdagangan Senin (28/5) turun Rp 4.000 menjadi Rp 656 ribu per gram, sementara harga "buyback" juga turun Rp 5.000 menjadi Rp 587 ribu per gram. TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Harga emas diperkirakan terus merangkak naik sampai akhir 2019. Apalagi, kondisi ekonomi global yang masih dipenuhi dengan ketidakpastian juga ikut mendukung kondisi tersebut.
"Kalau kami melihat trennya masih bisa naik karena kan sebetulnya dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global ya. Sampai akhir tahun lah, bisa terus naik kalau harga emas," kata Direktur Utama PT Hartadinata Abadi Tbk, Sandra Sunanto kepada awak media di Jakarta, Kamis 19 September 2019.
Hartadinata Abadi merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dan perdagangan perhiasan, termasuk logam mulia emas. Selain menjadi produsen, Hartadinata memiliki perusahaan gadai emas. Tak hanya, itu emiten berkode HRTA itu baru saja meluncurkan Masduit, platform jual beli logam mulia secara online lewat aplikasi.
Sandra menjelaskan, sejak 3-4 bulan terakhir harga emas cenderung menanjak. Bahkan, menurut catatannya, harga emas sepanjang Januari sampai Agustus 2019 telah naik sekitar 10 persen. Dengan tren tersebut, harga emas berpotensi untuk terus melanjutkan kenaikan.
Menurut Sandra, tren naiknya emas sebagai komoditas tersebut tak lepas dari sejumlah fenomena ekonomi dunia. Beberapa di antaranya adalah kondisi perang dagang yang masih berlanjut dan baru-baru ini adalah penyerangan kilang minyak milik Arab Saudi oleh kelompok Houthi.
"Karena masih volatile itu, harga emas kalau dibilang akan turun lagi seperti sebelum 3-4 bulan kemarin, sepertinya enggak, ke depannya mungkin cenderung akan naik," kata Sandra.