Perbankan dan Pengusaha Ingin Suku Bunga Acuan Turun Lagi

Kamis, 19 September 2019 06:16 WIB

Gubernur BI Perry Warjiyo (dua dari kiri) bersama jajarannya memberikan keterangan kepada wartawan saat Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Rabu, 15 Agustus 2018. BI juga menaikkan suku bunga deposit facility 25 bps menjadi 4,75 persen dan suku bunga lending facility 25 bps menjadi 6,25 persen. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia diyakini akan melanjutkan pelonggaran kebijakan moneternya, dengan menurunkan kembali suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate. Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede memprediksi bank sentral akan memangkas tingkat bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,25 persen dalam hasil rapat dewan gubernur yang akan diumumkan hari ini.

“Sebab di saat bersamaan penurunan ini dibutuhkan untuk mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah tren perlambatan ekonomi global dan bahkan potensi resesi di beberapa negara maju dan berkembang,” ujar dia kepada Tempo, Rabu 18 September 2019.

Josua menuturkan keyakinan penurunan itu diperkuat oleh kondisi terkini perekonomian domestik yang cukup stabil, khususnya perkembangan laju inflasi dan nilai tukar rupiah. Tingkat inflasi pada Agustus 2019 tercatat sebesar 3,49 persen, atau masih dalam jangkauan target sasaran inflasi pemerintah hingga akhir tahun ini yaitu 3,5 plus minus 1 persen. Kurs rupiah sebulan terakhir juga menunjukkan penurunan volatilitas, dari 7,6 persen menjadi 6,4 persen.

“Rupiah secara rata-rata menguat sekitar 1 persen ke level Rp 14.100 per US$ sepanjang September ini.” Adapun kemarin kurs rupiah menguat 0,25 persen di pasar spot ke level Rp 14.055 per US$, sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ditutup menguat 0,64 persen ke level 6.276.

Advertising
Advertising

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menuturkan terdapat sejumlah sentimen global yang membayangi keputusan bunga acuan bulan ini. Di antaranya adalah babak baru perseteruan dagang antara Cina dan Amerika Serikat hingga situasi geopolitik di Timur Tengah yang memanas pasca serangan ledakan di kilang minyak Aramco, Arab Saudi., akhir pekan lalu.

Terlebih, pelaku pasar keuangan global ragu, Bank Sentral AS (The Fed) akan kembali memangkas bunga acuannya dalam rapat yang juga akan diumumkan hari ini.

“Meski demikian arah kebijakan bank sentral global yang jelas semakin dovish dengan menurunkan bunga dan melonggarkan likuiditas akan menjadi dasar pertimbangan BI untuk menurunkan bunga,” ucap Piter. Sejumlah bank sentral negara-negara di dunia memang tercatat aktif memangkas bunga acuannya dalam tiga bulan terakhir.

Terbaru, Uni Eropa menurunkan bunga acuannya hingga minus 0,05 persen dan menerapkan kebijakan quantitative easing pada pekan lalu. “Hal ini yang membuat BI tidak akan khawatir jika bunga acuan turun lagi, karena aliran modal akan tetap masuk ke Indonesia, mengingat selisih imbal hasil (yield) kita masih menarik,” katanya.

Ekspektasi penurunan bunga acuan juga disampaikan kalangan perbankan. Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja berujar hal itu dibutuhkan untuk menjadi pemacu pertumbuhan kredit. Sebab, kinerja penyaluran kredit perbankan saat ini masih lemah bahkan menunjukkan perlambatan.

<!--more-->

Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan kredit hingga Juli 2019 sebesar 9,92 persen secara tahunan, atau turun dari bulan sebelumnya yang mencapai 10,75 persen.

Menurut Jahja, permintaan kredit belum bergairah karena pelemahan permintaan yang terjadi akibat perlambatan perekonomian global tahun ini. “Pelaku sektor riil penjualannya nggak naik, jadi nggak perlu nambah modal kerja, kapasitas mereka juga masih cukup sehingga nggak perlu investasi baru, jadi kalau nggak perlu buat apa mereka nambah kredit walau bunganya murah,” ujarnya.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta mengatakan pelaku usaha membutuhkan suku bunga yang realistis terhadap pelemahan ekonomi global dan nasional. “Jadi jelas kami berharap bunga pinjaman ikut turun agar kegiatan usaha terpacu dan tidak stagnan,” ujarnya.

Ihwal besaran penurunannya, Shinta mengatakan tingkat bunga diharapkan dapat bersaing dengan negara-negara lain di ASEAN, yang rata-rata berada di bawah 5 persen. “Selama biaya pinjaman riil di Indonesia masih lebih tinggi dari kawasan, pelaku usaha akan terus memiliki kecenderungan untuk meminjam modal dari luar negeri dari pada di dalam negeri.”

Berita terkait

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

1 jam lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

5 jam lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

2 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

2 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

2 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

2 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

2 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

2 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

3 hari lalu

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia buka suara soal dominasi penanaman modal asing (PMA) atau investasi asing ke sektor hilirisasi di Indonesia.

Baca Selengkapnya