Tunggu Keputusan BI dan The Fed, IHSG dan Rupiah Ditutup Menguat

Rabu, 18 September 2019 17:38 WIB

Ilustrasi saham atau IHSG. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ditutup menguat pada akhir perdagangan hari ini. Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup menguat 0,64 persen atau 39,94 poin di level 6.276,63 dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Selasa kemarin, IHSG berakhir di level 6.236,69 dengan kenaikan 0,28 persen atau 17,25 poin. Penguatan indeks mulai berlanjut dengan dibuka naik tipis 0,03 persen atau 2,01 poin di level 6.238,7 pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.236,48 – 6.270,4.

Enam dari sembilan sektor berakhir di zona hijau, dipimpin aneka industri (naik 2,7 persen) dan finansial (naik 1,06 persen). Tiga sektor lainnya ditutup di zona merah, dipimpin pertanian yang turun 0,98 persen.

Dari 653 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 203 saham menguat, 189 saham melemah, dan 261 saham stagnan. Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Astra International Tbk. (ASII) yang masing-masing naik 3,23 persen dan 3,47 persen menjadi penopang utama penguatan IHSG.

Menurut tim riset Samuel Sekuritas Indonesia, pergerakan IHSG hari ini dipengaruhi oleh aksi wait and see para pelaku pasar atas kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) dan Bank Indonesia.

Advertising
Advertising

“Pelaku pasar sedang menantikan keputusan apakah Federal Reserve akan kembali memangkas suku bunganya sebesar 25 bps pada hari Kamis (19 September dini hari WIB),” kata Samuel Sekuritas melalui riset hariannya, Rabu, 18 September 2019.

Gubernur The Fed, Jerome Powell sebelumnya telah mengisyaratkan penurunan suku bunga di tengah melemahnya kinerja ekonomi dan meningkatnya risiko pertumbuhan. Pelaku pasar juga menunggu petunjuk dari The Fed dalam menentukan arah kebijakan suku bunga di masa mendatang.

Di dalam negeri, pasar akan menantikan rilis kebijakan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI). Bank Indonesia diprediksi kembali memangkas suku bunga acuan atau BI 7-Day Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin pada Kamis besok.

<!--more-->

Hal ini sejalan dengan estimasi media ekonom dalam survei Bloomberg untuk pemangkasan menjadi 5,25 persen. “Meski masih menunggu sinyal The Fed nanti malam tetapi kemungkinan turun lagi menjadi 5,25 persen,” ujar Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro.

Nilai tukar rupiah pun hari ini berhasil ditutup menguat 33 poin atau 0,23 persen di level Rp 14.067 per dolar AS, setelah jeblok selama dua hari perdagangan berturut-turut sebelumnya. Padahal, pada saat yang sama, indeks dolar AS terpantau naik 0,20 persen atau 0,192 poin ke posisi 98,453.

Sementara itu, pasar saham global berakhir variatif, menjelang rilis keputusan The Fed yang diantisipasi akan kembali memangkas suku bunga acuannya. Indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing ditutup turun 0,49 persen dan 0,18 persen. Namun indeks Shanghai Composite dan CSI 300 Cina masing-masing mampu berakhir naik 0,25 persen dan 0,48 persen.

Meski The Fed hampir bisa dipastikan akan kembali menurunkan suku bunganya sebesar 25 basis poin, investor menunggu pernyataan dan proyeksi ekonomi dari para pembuat kebijakan The Fed, mengingat adanya tanda-tanda pandangan yang terbagi di antara mereka.

“Pelaku pasar saat ini sangat berhati-hati. Mereka sedang menunggu pertemuan The Fed dan potensi perkembangan baru di Arab Saudi,” ujar Christophe Barraud dari Market Securities di Paris. “Untuk pertemuan The Fed, pasar tidak bertaruh untuk kejutan positif yang besar."

Harga minyak bergerak stabil setelah terjungkal pada perdagangan Selasa lalu. Saudi Aramco mengatakan telah menghidupkan kembali 41 persen kapasitas di kompleks pemrosesan minyak mentah utamanya.

Langkah tersebut berhasil dilakukan hanya beberapa hari setelah serangan udara menghancurkan kilang Saudi Aramco pada Sabtu pekan lalu. Kondisi ini pun mengguncang pasar energi global dan mendongkrak kenaikan harga minyak secara tajam pada Senin lalu.

Sementara itu, kekhawatiran tentang ketegangan perdagangan tampak berlarut-larut. Tim perunding AS dan Cina akan memulai kembali perundingan menjelang pertemuan para pejabat pemerintahan level atas pada awal Oktober di Washington.

Perang dagang Amerika Serikat dan Cina yang sedang berlangsung telah meningkatkan kekhawatiran para pembuat kebijakan tentang melambatnya produksi manufaktur meskipun konsumsi domestik yang tangguh telah memberi beberapa alasan untuk mengkhawatirkan pemotongan suku bunga yang terlalu cepat.

Berita terkait

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

6 jam lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

2 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

2 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

3 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya