Waduk Gajah Mungkur Susut, Bekas Kuburan Terlihat Lagi

Senin, 16 September 2019 19:40 WIB

Makam-makam tua yang bermunculan setelah air Waduk Gajah Mungkur mengering di kawasan Wuryantoro, Wonogiri, Jawa Tengah, Jumat, 19 Oktober 2018. Belum turunnya hujan, yang diperkirakan terjadi pada Oktober, membuat sebagian Waduk Gajah Mungkur mulai mengalami peretakan tanah, dan nisan-nisan yang awalnya terendam air muncul ke permukaan. Tempo/Bram Selo Agung

TEMPO.CO, WONOGIRI — Volume air di lahan genangan Waduk Gajah Wonogiri terus menyusut pada musim kemarau kali ini.

Kawasan genangan yang mengering itu menampakkan pemandangan di dasar waduk. Ada jalan yang bisa dilintasi dan memperpendek jarak antara Eromoko—Baturetno.

Tak hanya itu, surutnya air waduk tersebut juga memperlihatkan lagi bekas perkampungan yang ditenggelamkan termasuk bekas kuburan. Bekas kuburan bisa ditemui di banyak lokasi genangan mulai dari Wuryantoro, Baturetno, hingga Nguntoronadi yang terkenal dengan sebutan Betal Lawas.

Pantauan Solopos.com di salah satu lokasi bekas makam di Kecamatan Wuryantoro, Sabtu 14 September 2019, lokasi makam itu cukup mudah dijangkau. Dari perempatan Pasar Wuryantoro masuk ke jalan samping pasar ke selatan.

Sampai di ujung dan masuk ke lahan genangan yang surut itu tampaklah bekas makam di Dusun Pondok, Kelurahan Wuryantoro. Saat itu, Pondok menjadi bagian dari Wuryantoro.

Advertising
Advertising

Kini, wilayah itu masuk ke Desa Sumberejo. Namun, proyek Waduk Gajah Mungkur menenggelamkan dusun itu. Setengah warganya ikut transmigrasi dan sisanya memilih bergeser 3 kilometer ke kampung sebelahnya.

Nama kampung itu Dusun Pondoksari, Desa Sumberejo, Wuryantoro. “Dulu simbah-simbah saya sempat dimakamkan di sana, tapi sama keluarga terus dipindah ke pemakaman baru sekitar 1 kilometer lebih dari lokasi makam ini. Pemindahan itu karena ada proyek waduk,” kataSudiyatmo, 52, warga Pondoksari, Sumberejo, Wuryantoro, Sabtu 14 September 2019.

Dia menuturkan di dekat permakaman Pondoksari masih ada beberapa makam lain yang berdekatan. Hal itu lantaran kawasan itu dulunya bekas perkampungan. Saat kemarau, makam itu biasanya muncul ke permukaan.

Kondisinya beragam ada yang masih utuh ada pula yang tinggal batu-batu nisan berserakan. “Sangat jarang ada keluarga yang ziarah ke sini. Mungkin sudah pada transmigrasi. Sebagian makam juga ada yang dipindahkan meski ada pula yang dibiarkan,” ujar Sudiyatmo.

Berita terkait

Pembangunan Bendungan Meninting Ditargetkan Selesai Tahun Ini

16 jam lalu

Pembangunan Bendungan Meninting Ditargetkan Selesai Tahun Ini

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menargetkan pembangunan Bendungan Meninting rampung tahun ini.

Baca Selengkapnya

Jokowi Resmikan Bendungan Tiuk Suntuk di NTB, Pembangunannya Telan Biaya Rp 1,4 Triliun

1 hari lalu

Jokowi Resmikan Bendungan Tiuk Suntuk di NTB, Pembangunannya Telan Biaya Rp 1,4 Triliun

Presiden Joko Widodo alias Jokowi meresmikan Bendungan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat, NTB, pada Kamis, 2 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Jokowi Resmikan Rehabilitasi Bendungan dan Irigasi Gumbasa, Nilainya Mencapai Rp 1,25 Triliun

37 hari lalu

Jokowi Resmikan Rehabilitasi Bendungan dan Irigasi Gumbasa, Nilainya Mencapai Rp 1,25 Triliun

Jokowi pada hari ini meresmikan bendungan dan daerah irigasi Gumbasa di Kabupaten Sigi, Sulteng yang telah direhabilitasi dan direkonstruksi.

Baca Selengkapnya

Kominfo Siapkan Jaringan dalam World Water Forum, Harapkan Solusi Pengelolaan Air

39 hari lalu

Kominfo Siapkan Jaringan dalam World Water Forum, Harapkan Solusi Pengelolaan Air

Kominfo bertugas memastikan jaringan telekomunikasi di Forum Air Sedunia pada 18-25 Mei 2024 di Bali.

Baca Selengkapnya

Jokowi Baru Saja Menetapkan 14 PSN Baru: Membedah PSN

44 hari lalu

Jokowi Baru Saja Menetapkan 14 PSN Baru: Membedah PSN

Proyek PSN antara lain terkait akses jalan, bendungan dan irigrasi, Kawasan, perkebunan, kereta api, energi, Pelabuhan, air bersih dan sanitasi.

Baca Selengkapnya

Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

45 hari lalu

Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

Wilayah yang paling terdampak risiko kekeringan ekstrem, adalah Ibu Kota Negara atau Nusantara.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

49 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Imbas Banjir dan Longsor, 874 Hektare Sawah di Jawa Barat Gagal Panen

51 hari lalu

Imbas Banjir dan Longsor, 874 Hektare Sawah di Jawa Barat Gagal Panen

Bencana akibat krisis iklim membuat 874 Ha sawah di Jawa Barat gagal panen pada musim tanam 2023/2024. Lahan tergerus banjir, kering, dan longsor.

Baca Selengkapnya

Destinasi Liburan di Spanyol Ini Terancam Mengalami Kekeringan

2 Maret 2024

Destinasi Liburan di Spanyol Ini Terancam Mengalami Kekeringan

Kepulauan Canary, khususnya Pulau Tenerife, di Spanyol menghadapi kekeringan parah yang semakin memburuk,

Baca Selengkapnya

Selain Indonesia, Ini Daftar Negara Lain yang Masih Alami El Nino

29 Februari 2024

Selain Indonesia, Ini Daftar Negara Lain yang Masih Alami El Nino

Berbagai pihak menyebut fenomena El Nino masih akan berlanjut. Berikut ini daftar negara yang masih mengalami El Nino, selain Indonesia.

Baca Selengkapnya