Ekonom Ingatkan Ancaman Resesi Global di Depan Mata

Reporter

Fajar Pebrianto

Editor

Rahma Tri

Senin, 9 September 2019 11:58 WIB

Transaksi di ATM BCA Lippo Karawaci Tangerang, Banten, Minggu (4/10). Pertumbuhan kredit perbankan pada 2009 diperkirakan anjlok akibat dampak dari resesi global yang bakal makin terasa tahun depan. TEMPO/Tri Handiyatno

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance atau Indef, Fadhil Hasan, mengatakan resesi ekonomi global saat ini sudah semakin memasuki fase ancaman. Salah satu tanda-tandanya tampak dari ekonomi Amerika Serikat yang menguasai 24 persen pangsa ekonomi dunia.

“Ada fenomena menarik yakni inverted yield, kata Fadhil dalam diskusi Indef di Jakarta, Ahad 8 September 2019.

Inverted yield atau imbal hasil yang terbalik merupakan situasi di mana yield obligasi atau surat utang pemerintah Amerika dengan tenor jangka pendek lebih tinggi ketimbangkan imbal hasil pada obligasi jangka panjang. Situasi ini terjadi saat investor melihat prospek ekonomi jangka panjang tidak begitu menarik, sehingga obligasi jangka, sehingga imbal hasilnya menjadi lebih rendah.

Dari data yang ada, kata Fadhil, imbal hasil dari obligasi Amerika tenor 10 tahun jauh lebih rendah dari obligasi bertenor 3 bulan. Menurut dia, fenomena ini juga terjadi terakhir kali pada Agustus 2007. tiga bulan kemudian atau pada Desember 2007 sampai Mei 2008 ekonomi Amerika jatuh ke jurang resesi.

Ancaman resesi global ini sebelumnya juga menjadi perhatian firma konsultan global, McKinsey & Co. Resesi global dikhawatirkan bakal memukul kondisi perekonomian Asia hingga terjadi krisis seperti yang pernah berlangsung pada 1997.

Advertising
Advertising

Laporan McKinsey & Co menyatakan ada tiga kondisi fundamental yang mengalami tekanan di negara-negara Asia. Pertama, di sektor riil, perusahaan-perusahaan di kawasan ini dalam kondisi yang sulit untuk memenuhi kewajiban utang mereka. Di Australia dan Korea Selatan, utang-utang ini telah menumpuk ke level yang cukup tinggi.

Kedua, sistem keuangan di Asia menunjukkan kerentanan, terutama di negara-negara berkembang. Mereka sangat bergantung kepada perbankan dan lembaga-lembaga shadow banking untuk memperoleh pinjaman. Ketiga, arus modal yang terus masuk ke kawasan Asia telah menciptakan porsi yang lebih besar pada moda dari luar.

Tak hanya inverted yield, ekspansi dari perekonomian Amerika juga dinilai akan segera berakhir. Biasanya, kata Fadhil, ekspansi hanya berlangsung selama 7 hingga 8 tahunan, yang sering disebut siklus bisnis. Sementara, ekspansi saat ini sudah mencapai 10 tahun, dari 2009 sejak resesi hingga 2019. “Jadi besar kemungkinan ekspansi ini akan segera berakhir,” kata dia.

Bukan hanya Fadhil yang khawatir. Direktur PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee, juga menyampaikan kekhawatiran pasar mengenai inverted yield di Amerika ini. Saat ini, kata dia, spread yield obligasi US bertenor 10 tahun dengan yield US Treasury bertenor 2 tahun menjauh 5 bps yakni 1,47 persen dengan 1,52 persen. Posisi tersebut merupakan terendah sejak 2007.

“Sejarah mencatat awal resesi Amerika selalu ditandai dengan terjadinya kurva terbalik. Ancaman perlambatan ekonomi global dan resesi di AS tentu mempengaruhi pergerakan harga saham,” kata Hans.

FAJAR PEBRIANTO | BISNIS

Berita terkait

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

2 jam lalu

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

Presiden Jokowi mengatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen di kuartal pertama tahun ini patut disyukuri.

Baca Selengkapnya

Eks Menteri Keamanan Panama Menang Pilpres dengan Dukungan Mantan Presiden

6 jam lalu

Eks Menteri Keamanan Panama Menang Pilpres dengan Dukungan Mantan Presiden

Eks menteri keamanan Panama memenangkan pilpres setelah menggantikan mantan presiden Ricardo Martinelli dalam surat suara.

Baca Selengkapnya

Kepala Bappenas Sanjung Pemerintahan Jokowi: Ekonomi RI Stabil di Kisaran 5 Persen

7 jam lalu

Kepala Bappenas Sanjung Pemerintahan Jokowi: Ekonomi RI Stabil di Kisaran 5 Persen

Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa menyanjung pemerintahan Presiden Jokowi karena pertumbuhan ekonomi RI stabil pada kisaran 5 persen.

Baca Selengkapnya

India Sangkal Pernyataan Xenophobia Joe Biden, Ini Sebabnya

17 jam lalu

India Sangkal Pernyataan Xenophobia Joe Biden, Ini Sebabnya

Joe Biden mengatakan xenophobia di Cina, Jepang dan India menghambat pertumbuhan di masing-masing negara, sementara migrasi berefek baik bagi ekonomi.

Baca Selengkapnya

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

18 jam lalu

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 bisa menjadi basis.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 2024 Tingkatkan Lapangan Pekerjaan

23 jam lalu

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 2024 Tingkatkan Lapangan Pekerjaan

Kementerian Keuangan mencatat di tengah gejolak ekonomi global perekonomian Indonesia tetap tumbuh dan mendorong peningkatan lapangan pekerjaan.

Baca Selengkapnya

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

1 hari lalu

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan

Baca Selengkapnya

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

2 hari lalu

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

Proyek pembangunan bandara AH Nasution ini mulai dibangun pada 2020 dengan anggaran sebesar Rp 434,5 miliar.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

2 hari lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

2 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya