Uni Eropa Bantah Terlibat Kampanye Hitam Soal Kelapa Sawit
Reporter
Eko Wahyudi
Editor
Dewi Rina Cahyani
Jumat, 6 September 2019 06:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Uni Eropa diisukan terlibat dalam kampanye hitam yang menyebutkan kelapa sawit Indonesia tidak ramah lingkungan. Kuasa Usaha Ad Interim Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia Charles Michel-Geurts menegaskan tidak terlibat dengan jargon "palm oil free" yang banyak beredar di benua biru. Menurutnya, pemerintah di sana juga tidak pernah terlibat terkait pelarangan kelapa sawit.
"Uni Eropa sebagai konstitusi, pemerintah, dan negara anggota tak berkaitan dengan pelarangan produk minyak sawit. Jadi jelas sekali pasar adalah pendorong utama," kata dia di Hotel Pullman, Jakarta Pusat, 5 September 2019.
Charles mengatakan, kampanye semacam itu justru digerakkan oleh pasar yang dinamis. Ia menyebutkan, turunnya penjualan kelapa sawit karena disebabkan mekanisme pasar.
Menurutnya, banyak produsen produk yang melabelkan bebas minyak kelapa sawit, adalah karena meningkatnya kesadaran rakyat di sana terhadap kehidupan yang lebih baik. Perubahan kebiasaan masyarakat Eropa yang mulai mengonsumsi produk yang ramah lingkungan dan juga sehat diklaim tak hanya terjadi pada sawit, tetapi juga terjadi pada produk-produk lain seperti mengandung gluten, kimia, dan lain-lain.
Ia menambahkan, bukan hanya jargon palm oil free, ada banyak slogan lain yang dikampanyekan di Uni Eropa. Beberapa label tersebut seperti sugar-free, GMO (Genetic Modified Organism) free, gluten free dan masih banyak lainnya.
"Saya bisa ceritakan bagaimana produsen gula yang tidak senang dengan perusahaan pangan yang mengampanyekan sugar free, atau produsen gluten yang frustrasi dengan kampanye 'gluten free'. Seperti itulah pasar Eropa," ujarnya.
Oleh karena itu, Charles menjelaskan, Indonesia sebaiknya melakukan upaya yang menunjukan kelebihan produk kelapa sawit dan turunannya, sehingga tidak perlu lagi khawatir dengan kampanye hitam kelapa sawit. "Jelaskan kalau sawit itu punya produktivitas tinggi. Masuk saja ke dalam permainan pasar," tambahnya.
Sebagai informasi, nilai impor minyak kelapa sawit dari Indonesia ke Uni Eropa memang sempat menurun sebesar 22 persen dibandingkan tahun 2017. Walaupun harga minyak sawit mengalami penurunan dibandingkan 2018, nilai ekspor minyak sawit dan biodiesel Indonesia ke Uni Eropa hanya menurun 2 persen dibandingkan 2017.
Tetapi, dalam lima bulan pertama 2019, dari segi volume impor sawit oleh Uni Eropa meningkatkan 0,7 persen. Untuk nilai impor sendiri dalam lima tahun terakhir pada rata-rata 3,5 juta ton atau senilai 2,2 miliar euro per tahun.