Ketegangan Perdagangan Meningkat, Kurs Dolar AS Turun Tajam

Reporter

Antara

Sabtu, 24 Agustus 2019 11:01 WIB

Ilustrasi mata uang dolar A.S. REUTERS/Guadalupe Pardo

TEMPO.CO, Jakarta -Kurs dolar AS turun tajam terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), di tengah kekhawatiran meningkatnya ketegangan perdagangan Amerika Serikat dan Cina.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,55 persen menjadi 97,6408 pada akhir perdagangan.

Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,1145 dolar AS dari 1,1085 dolar AS di sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2284 dolar AS dari 1,2257 dolar AS di sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi 0,6752 dolar AS dari 0,6757 dolar AS.

Dolar AS dibeli 105,29 yen Jepang, lebih rendah dari 106,41 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9742 franc Swiss dari 0,9836 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3293 dolar Kanada dari 1,3299 dolar Kanada.

Cina akan mengenakan tarif tambahan pada barang-barang impor dari Amerika Serikat senilai sekitar 75 miliar dolar AS sebagai tanggapan atas kenaikan tarif Amerika yang baru diumumkan pada barang-barang China, Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara mengumumkan Jumat, 23 Agustus 2019.

Berdasarkan undang-undang dan disetujui oleh Dewan Negara, total 5.078 produk Amerika Serikat akan dikenakan tarif tambahan 10 persen atau lima persen.

Kenaikan tarif akan dilaksanakan dalam dua kelompok dan mulai berlaku masing-masing pada pukul 24.01 malam waktu Beijing pada 1 September dan pukul 24.01 malam waktu Beijing pada 15 Desember, komisi mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Pengenaan tarif tambahan Cina adalah tanggapan paksa terhadap unilateralisme dan proteksionisme perdagangan Amerika Serikat, kata komisi itu.

Pemerintah Amerika Serikat mengumumkan pada 15 Agustus bahwa mereka akan mengenakan tarif tambahan 10 persen untuk barang-barang Cina senilai sekitar 300 miliar dolar AS, masing-masing berlaku pada 1 September dan 15 Desember, dalam dua kelompok.

Berita itu muncul pada saat pasar AS telah mengkhawatirkan kemungkinan resesi ekonomi yang disumbang oleh ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan mitra dagang utamanya

Advertising
Advertising

Seiring meningkatnya kecemasan pasar terhadap pertumbuhan ekonomi AS dan global, surat utang pemerintah Amerika Serikat, aset tradisional berisiko rendah, mengalami penurunan imbal hasil sepanjang hari, yang mengindikasikan berkurangnya sentimen investor.

Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10-tahun mundur kembali ke sekitar 1,53 persen pada sore hari, hanya sedikit lebih tinggi dari imbal hasil surat utang pemerintah berenor 2-tahun, memicu kekhawatiran atas potensi inversi kurva imbal hasil, yang secara luas dipandang sebagai pertanda dari resesi masa depan.

Berita terkait

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

4 jam lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

2 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

2 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

4 hari lalu

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo membeberkan asumsi arah penurunan suku bunga acuan The Fed atau Fed Fund Rate (FFR).

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Ini Industri yang Untung dan Buntung

6 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Ini Industri yang Untung dan Buntung

Industri tekstil, pakan ternak, pupuk, hingga gandum yang kerap mengandalkan bahan baku impor menangis di tengah pelemahan nilai tukar rupiah.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Jalan Tol Palembang - Betung Ditarget Rampung 2025, Rupiah Makin Keok

8 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Jalan Tol Palembang - Betung Ditarget Rampung 2025, Rupiah Makin Keok

Kementerian PUPR menargetkan Jalan Tol Palembang - Betung selesai pada 2025. Untuk itu butuh tambahan tim percepatan.

Baca Selengkapnya

Rupiah Melemah, Bank Mandiri Optimistis Likuiditas Rupiah dan Valas Tetap Terjaga

9 hari lalu

Rupiah Melemah, Bank Mandiri Optimistis Likuiditas Rupiah dan Valas Tetap Terjaga

Bank Mandiri memastikan kondisi likuiditasnya saat ini masih solid, meskipun terjadi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

9 hari lalu

Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

Erick Thohir mengarahkan agar BUMN membeli dolar secara optimal dan sesuai kebutuhan di tengah memanasnya geopolitik dan penguatan dolar.

Baca Selengkapnya