Analis Menduga Bank Indonesia Lakukan Pelonggaran Moneter Lagi

Reporter

Dias Prasongko

Editor

Rahma Tri

Kamis, 22 Agustus 2019 10:31 WIB

Ilustrasi mata uang Rupiah. Brent Lewin/Bloomberg via Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, Kamis 22 Agustus 2019, Bank Indonesia bakal mengelar konferensi pers untuk mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur. Sejumlah ekonom, sebelumnya mendorong BI untuk melonggarkan kebijakan moneter dengan menurunkan tingkat suku bunganya.

Rates Strategist DBS Group Research atau Bank DBS Eugene Leow mengungkapkan prediksinya, bahwa pelonggaran kebijakan moneter yang ketat oleh Bank Indonesia masih mungkin dilakukan. Meski begitu, peluang untuk mempertahankan stance kebijakan moneter juga masih terbuka.

"Pelonggaran lebih lanjut dari kebijakan moneter kemungkinan dilakukan, tetapi kami menduga bahwa untuk saat ini, BI hanya akan merasa nyaman menyamai laju penurunan suku bunga The Federal Reserve atau Bank Sentral AS," kata Leow dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Rabu 21 Agustus 2019.

Salah satu penyebabnya, adalah risiko pendanaan eksternal yang masih menjadi isu dalam lingkungan yang bergejolak saat ini. Selain itu, dengan defisit transaksi berjalan yang terus melebar hingga melampaui 3 persen dalam dua triwulan berturut-turut, menjadi salah satu alasan BI enggan melonggarkan kebijakannya seperti dibandingkan dengan bank sentral lain.

Sejak awal tahun hingga hari ini Bank Indonesia baru sekali menurunkan tingkat suku bunga acuan atau BI7DRRE sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 persen pada 18 Juni 2019. Adapun sepanjang 2018 kemarin, bank sentral telah menaikkan tingkat suku bunga 175 basis poin mencapai 6,0 persen.

Advertising
Advertising

"Kami berpendapat bahwa pelonggaran terukur dari Bank Indonesia dalam beberapa triwulan ke depan dapat mendukung obligasi pemerintah Indonesia," tulis Leow.

Adapun saat ini, obligasi pemerintah dengan tenor 10 tahun menawarkan imbal hasil 600 basis poin lebih besar dari surat utang pemerintah Amerika Serikat. Menurut catatan DBS, kepemilikan asing pada obligasi pemerintah meningkat lebih dari Rp1.000 triliun sepanjang tahun ini.

Leow menilai selisih imbal hasil obligasi tersebut masuk dalam kategori tinggi. Hanya ada dua peristiwa yang memungkinkan selisih imbal hasil melebar jauh, yakni saat krisis keuangan global 2008/2009 dan kekhawatiran devaluasi Cina pada 2015.

Leow juga berpendapat bahwa fokus Bank Indonesia pada stabilitas rupiah dan melunakkan volatilitas harga obligasi harus memberikan kenyamanan bagi pemodal.

DIAS PRASONGKO

Berita terkait

LPEM FEB UI Komentari Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tertinggi Sejak 2015

1 jam lalu

LPEM FEB UI Komentari Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tertinggi Sejak 2015

LPEM FEB UI memaparkan secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi masih cenderung stagnan.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

9 jam lalu

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa melemah 20 poin.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

1 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

1 hari lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

3 hari lalu

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

4 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

4 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

4 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

4 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

4 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya