Mata Uang Cina Melemah, Jokowi Panggil Menteri Ekonomi ke Istana
Reporter
Egi Adyatama
Editor
Rahma Tri
Selasa, 13 Agustus 2019 17:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo memanggil sejumlah menteri ekonominya untuk rapat terbatas di Istana, Selasa, 13 Agustus 2019. Dalam rapat ini Presiden Jokowi membahas devaluasi atau pelemahan mata uang Cina, Yuan, yang terjadi belakangan, menyusul perang dagang AS-Cina yang tak kunjung reda.
Rapat ini digelar usai rapat lain terkait persiapan Indonesia menuju Dubai Expo 2020. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, hingga Menteri Keuangan Sri Mulyani hadir dalam rapat ini.
"Pertama kita perlu untuk memahami dinamika ini, karakternya seperti apa. Sehingga untuk ekonomi Indonesia, kita memahami bagaimana implikasi dan kemungkinan terjadinya resiko," ujar Sri Mulyani saat ditemui usai rapat.
Dalam rapat itu, kata Sri Mulyani, Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan proses terjadinya devaluasi, sehingga saat ini ada di angka 7 Yuan per dolar AS. Selain itu, kondisi dinamika kebijakan di dalam negeri Amerika Serikat juga ikut dibahas. Mulai dari Federal Reserve, sampai kebijakan dagang Presiden Donald Trump.
Menurut Sri Mulyani risiko yang muncul dari negara-negara emerging lain, seperti Argentina, Brazil, Meksiko, juga Hong Kong, ikut diperhitungkan. Hal ini mesti dilakukan karena mau tak mau pasti akan berimbas pada Indonesia.
Sri Mulyani mengatakan kondisi global ini jangan sampai mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang saat ini stabil di atas 5 persen. "Maka kita harus yakinkan bahwa pertumbuhan itu harus dipacu dari investasi," kata Sri Mulyani.
Sektor investasi menjadi yang paling utama karena dinilai bisa menimbulkan capital inflow. "Itu harus menjadi salah satu tugas yang paling penting. Jadi policy-nya tadi dibahas apa saja (untuk mendukung investasi)," kata Sri Mulyani.
Selain itu, Sri Mulyani juga mengatakan daya kompetisi Indonesia juga harus terus ditingkatkan. "Daya kompetisi kita itu agar kemudian kita tidak mudah terombang-ambing dengan perubahan lingkungan," kata dia.
Presiden Jokowi mencermati perkembangan pada awal pekan ini, di mana mata uang Cina, Yuan menembus level 7 per dolar Amerika Serikat. Hal ini membuat sebagian besar mata uang Asia termasuk Rupiah terbawa melemah terhadap dolar Amerika Serikat.