BI Sebut Devaluasi Yuan Tak Banyak Pengaruhi Kinerja Ekspor

Senin, 12 Agustus 2019 15:17 WIB

Mata uang dollar Amerika dan Yuan Cina. REUTERS/Jason Lee/Illustration/

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia atau BI menyatakan bahwa devaluasi atau pelemahan mata uang Yuan milik Cina tidak banyak memberikan pengaruh pada kinerja ekspor Indonesia. Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan pengaruh yang besar justru bisa datang dari penurunan permintaan atau kualitas barang ekspor asal Indonesia.

"Jadi transaksi ekspor impor kita memang dalam jangka pendek tidak begitu terkait dengan devaluasi mata uang Cina, dalam jangka pendek," kata Dody kepada awak media di Gedung Thamrin, Kompleks Bank Indonesia, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin 12 Agustus 2019.

Dody mengatakan dari sisi perdagangan Indonesia dengan Cina juga tak akan banyak berpengaruh akibat devaluasi mata uang Yuan. Sebab, porsi perdagangan tersebut tidak ditentukan secara langsung dari sistem nilai tukar.

Menurut Dody, BI akan tetap siaga di pasar keuangan untuk memastikan kestabilan nilai tukar rupiah supaya tetap sejalan dengan kondisi fundamental. Dia mengatakan, antisipasi ini demi menjaga potensi dampak pelemahan mata uang Yuan yang bisa meningkatkan risiko pasar keuangan domestik.

Salah satu caranya adalah dengan bersiaga untuk setiap saat melakukan investasi di berbagai pasar keuangan. Selain itu, intervensi juga bakal diikuti dengan menjaga kondisi likuiditas untuk tetap memadai sehingga kondisi kestabilan pasar tetap terjaga.

Lebih lanjut, Dody juga yakin, mata uang Yuan tidak akan terus melemah. Sebab pelemahan itu juga bakal berdampak pada kondisi keuangan dan juga permintaan ekspor di pasar domestik Cina.

"Negara-negara perlu juga untuk memberikan topangan pada permintaan domestik, risiko curency war tidak besar terlebih di tengah permintaan global yang memang sedang melemah," ujar Dody.

Ketua Komite Tetap Ekspor Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Indonesia Handito Joewono mengatakan, kebijakan devaluasi Yuan oleh China bisa menjadi ancaman tersendiri bagi Indonesia. Apalagi ketika liberalisasi perdagangan diberlakukan di antara negara anggota ACFTA dan RCEP, maka keuntungan terbesar akan diperoleh Negeri Panda.

Sebabnya, kata Handito, harga produk ekspor dari Cina bisa menjadi yang paling murah dibandingkan dengan negara lain. Karena itu, supaya tidak kalah saing produk ekspor dari Indonesia harus mampu lebih efisien dan memiliki kualitas yang baik sehingga memiliki daya saing di pasar ekspor.

“Pemerintah mesti fasilitasi agar produk kita lebih berdaya saing, salah satunya dengan menurunkan bunga kredit ekspor. Sebab tingginya bunga kredit ekspor selama ini membuat eksportir kita kesulitan dalam melakukan ekspor,” kata Handito seperti dikutip dari Bisnis, Senin.

BISNIS | ANTARA

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

1 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

1 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

1 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

2 hari lalu

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

Amnesty International menyiarkan temuan adanya jaringan ekspor spyware dan pengawasan ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

3 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

3 hari lalu

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

Penerimaan Bea Cukai Januari-Maret turun 4,5 persen dibanding tahun lalu.

Baca Selengkapnya

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

3 hari lalu

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia mengatakan kinerja ekspor sawit mengalami penurunan. Ini penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

4 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

4 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

5 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya