CAD Melebar, Neraca Pembayaran Triwulan II 2019 Defisit US$ 2 M

Jumat, 9 Agustus 2019 14:14 WIB

Petugas menyiapkan uang baru pada layanan kas keliling Bank Indonesia di Lapangan Sangkareang, Mataram, NTB, Kamis, 16 Mei 2019. Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTB menyediakan Rp 1,4 triliun pecahan Rp 100 ribu, Rp 1,25 triliun pecahan Rp 50 ribu, Rp 77 miliar pecahan Rp 20 ribu dan Rp 69 miliar pecahan Rp 10 ribu, juga Rp 49 miliar pecahan Rp 5.000, Rp 22 miliar pecahan Rp 2.000, Rp 1 miliar pecahan Rp 1.000, dan selebihnya Rp 1 Miliar uang logam pecahan Rp 1.000. ANTARA/Ahmad Subaidi

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Wijanarko mengatakan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2019 mengalami defisit sebesar US$ 2 miliar. Menurut Onny, defisit ini disebabkan meningkatnya defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) yang tak mampu sepenuhnya dibiayai surplus neraca Transaksi Modal dan Finansial (TMF).

Meski demikian, Onny menyebut NPI ini menunjukkan ketahanan eksternal ekonomi Indonesia yang masih terjaga baik. “NPI sepanjang semester pertama 2019 tetap mencatat surplus sebesar US$ 0,4 miliar,” kata dia dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat, 9 Agustus 2019.

Kondisi surplus ini, kata Onny, tetap berlanjut sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian Indonesia. Surplus semester pertama 2019 ini ditopang surplus neraca transaksi modal dan finansial yang tinggi, serta defisit neraca transaksi berjalan yang terkendali dalam batas aman yaitu 2,8 persen dari PDB (Pendapatan Domestik Bruto).

BI mencatat defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan II 2019 melebar. Kondisi ini dipengaruhi oleh perilaku musiman repatriasi dividen, pembayaran bunga utang luar negeri, serta perekonomian global yang kurang menguntungkan.

BI mencatat defisit neraca transaksi berjalan meningkat, dari US$ 7,0 miliar atau 2,6 persen dari PDB pada triwulan 1 2019, menjadi menjadi US$ 8,4 miliar atau 3 persen dari PDB. Selain repatriasi dan pembayaran bunga utang, pelebaran defisit juga terjadi akibat harga komoditas yang turun.

Ke depan, kata Onny, NPI diperkirakan tetap terjaga baik sehingga dapat terus menopang ketahanan sektor eksternal. Prospek NPI tersebut didukung defisit transaksi berjalan 2019 yang diperkirakan lebih rendah dari tahun 2018, yaitu dalam kisaran 2,5 persen hingga 3 persen PDB.

Selain itu, prospek aliran masuk modal asing juga tetap besar didorong persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi Indonesia yang tetap terjaga. Bank Indonesia, kata dia, akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal, termasuk berupaya mendorong peningkatan Penanaman Modal Asing (PMA).

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution berpendapat Indonesia masih memiliki kelemahan dalam bidang perdagangan internasional. "Indikator neraca pembayaran, saya kira adalah titik lemah kita yang utama," kata Darmin dalam peringatan 53 tahun Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bertema Transformasi Ekonomi di Hotel Borobudur, Jakarta, di hari yang sama.

FAJAR PEBRIANTO | BISNIS.COM

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

2 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

2 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

2 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

4 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

5 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

5 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

6 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

6 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

6 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

7 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya