Bank Indonesia: Defisit Transaksi Berjalan Kembali Melebar

Reporter

Bisnis.com

Editor

Rahma Tri

Jumat, 9 Agustus 2019 11:52 WIB

Neraca Perdagangan Juli 2017 Defisit

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia menyampaikan bahwa defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal II/2019 kembali melebar, menjadi 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sebelumnya, neraca transaksi berjalan ini sempat membaik di level 2,6 persen pada pada kuartal I/2019.

Bank Indonesia mencatat, defisit neraca transaksi berjalan telah meningkat dari US$ 7 miliar atau 2,6 persen dari PDB menjadi US$8 ,4 miliar atau 3,0 dari PDB.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko menyatakan, pelebaran defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) dipengaruhi perilaku musiman repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri.

"Perekonomian global juga kurang menguntungkan," kata Onny melalui siaran pers, Jumat 9 Agustus 2019.

Advertising
Advertising

Meningkatnya defisit neraca pendapatan primer pad kuartal II / 2019 ini didorong faktor musiman peningkatan kebutuhan repatriasi dividen serta pembayaran bunga utang luar negeri. Selain itu, kinerja ekspor nonmigas juga menurun sejalan dampak perekonomian dunia yang melambat dan harga komoditas ekspor Indonesia yang menurun.

"Ekspor nonmigas tercatat US$37,2 miliar, turun dibandingkan dengan capaian pada kuartal sebelumnya sebesar US$38,2 miliar," tutur Onny.

Adapun defisit neraca perdagangan migas juga meningkat menjadi US$3,2 miliar dari US$2,2 miliar pada kuartal sebelumnya. Kondisi ini juga seiring dengan kenaikan rerata harga minyak global dan peningkatan permintaan musiman impor migas terkait Hari Raya Idul Fitri dan libur sekolah.

Ini dipengaruhi pula oleh perilaku musiman repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri, serta dampak pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat dan harga komoditas yang turun.

"Dengan perkembangan tersebut, meskipun pada kuartal II/2019 mengalami defisit US$2,0 miliar, NPI sampai dengan semester I/2019 tetap mencatat surplus sebesar US$0,4 miliar," Onny menjelaskan.

BISNIS

Berita terkait

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

22 jam lalu

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

1 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

1 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

2 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

4 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

5 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

5 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

5 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

6 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

6 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya