Proyeksi Data Neraca Pembayaran yang Akan Dirilis BI Hari Ini

Reporter

Bisnis.com

Jumat, 9 Agustus 2019 07:37 WIB

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman Zainal (tengah) dan Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI, Yati Kurniati saat mengelar konferensi pers mengenai Neraca Pembayaran Indonesia kuartal IV 2018 di Kantor BI, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat, 8 Februari 2019. TEMPO/Dias Prasongko

TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, Jumat, 9 Agustus 2019, Bank Indonesia akan mengumumkan angka Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II/2019. Akankah surplus di tengah perang dagang yang belum selesai?

Head of Economic & Research UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja menyatakan neraca pembayaran kuartal II ini berpeluang mengalami defisit.

Sekalipun BI memprediksi tetap surplus Enrico mencemaskan faktor eksternal yang masih menjadi hambatan terlihat dari realisasi neraca perdagangan semester I/2019 yang defisit.

"Kami memprediksi sekitar US$ 9 triliun defisit," katanya, Kamis, 8 Agustus 2019.

Selain akibat defisit neraca dagang, pada kuartal II/2019 ini secara musiman memang primary account balance defisit Indonesia akan lebih besar.

"Ini karena adanya dividen and external debt repayments," kata Enrico.

Sebaliknya, Direktur Riset Center of Reform on Economy (CORE) Piter Abdullah mengatakan pihaknya masih optimistis NPI akan surplus. "Ini didukung oleh aliran modal yang positif," pungkasnya.

Selain itu, kata Piter, transaksi berjalan masih defisit dengan neraca perdagangan yang sedikit membaik dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Sebelumnya, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo menyatakan kondisi neraca perdagangan semester I/2019 yang mencatatkan defisit belum bisa disebut sebagai pertanda tahun ini defisit transaksi berjalan akan mengalami kenaikan.

Sebaliknya, menurut Dody, jika berkaca dari kondisi neraca pembayaran Indonesia, tahun ini Indonesia masih bisa terhindar dari defisit. “Keseimbangan itu tidak hanya dari defisit transaksi berjalan atau current account deficit. Tapi juga neraca pembayaran (NPI)," katanya. Dody menilai defisit da itu selalu ada di negara emerging, apalagi di tengah negara yang dari sisi ekspor terkendala harga komoditas."Ya maka sekarang manufaktur yang harus didorong,” ujar dia.

BISNIS

Berita terkait

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

2 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

3 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

3 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

3 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya