JK: Kebijakan The Fed Enggak Ada Hubungannya dengan Rupiah
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Martha Warta Silaban
Rabu, 7 Agustus 2019 14:43 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK menilai kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, tidak perlu dikhawatirkan. Pasalnya, tingginya suku bunga AS tak lantas membuat rupiah lari keluar Indonesia.
"Ini kesalahannya karena perbankan sering hubungkan The Fed dengan analisis tinggi-tinggi dan macam-macam. Enggak ada hubungannya antara The Fed dengan Indonesia, kecuali kalau tinggi bunga di Amerika membuat rupiah lari-lari ke Amerika, itu baru masalah," ujar JK di Ballroom Ritz Carlton, Jakarta, Rabu, 7 Agustus 2019.
Pernyataan JK itu untuk menguatkan argumennya bahwa suku bunga bank sentral, suku bunga deposito, hingga suku bunga kredit mesti terus diturunkan. "Jadi teori sederhana ekonomi kalau bunga rendah investasi tinggi. Jadi kalau bunga tinggi bagaimana orang mau investasi. Jadi ujung dari pertumbuhan ekonomi adalah investasi," ujar dia.
Bahkan, JK juga mengatakan suku bunga perbankan sebaiknya tidak dikait-kaitkan dengan inflasi. Pasalnya, berkaca dari krisis 1998, kesalahan utama Indonesia adalah mengaitkan antara inflasi dengan tingkat suku bunga. Sehingga, saat inflasi mencapai 60 persen, suku bungan pinjaman dipatok 75 persen. "Akhirnya bangkrut lah negeri ini dan semua kebangkrutan itu dibayar negara."
Dengan inflasi yang belakangan terjaga tidak lebih dari 3,5 persen, ia mengatakan suku bunga deposito bisa dipatok tak lebih dari 5 persen. Sementara, bunga pinjaman semestinya tidak melebiha 7-8 persen. Adapun saat ini, suku bunga kredit perbankan masih berkisar 8-10 persen.
"Lebih daripada itu tentu ekonomi kita enggak jalan," kata JK. Pasalnya bank tidak hidup dari besarnya bunga, namun dari tingginya pertumbuhan ekonomi. "Supaya mendapat fee base kalau hanya mendapatkan fee dari deposito tinggi, bayar juga ongkosnya mahal juga karena itulah kita harus sama-sama bikin negara yang tingkat bunganya bukan ini (tinggi)."