Program Magang Kerja ke Jepang Tidak Diminati Warga Solok, Sebab

Reporter

Antara

Kamis, 27 Juni 2019 14:32 WIB

Ilustrasi lowongan pekerjaan. ANTARA/R. Rekotomo

TEMPO.CO, Jakarta - Program magang kerja ke Jepang yang difasilitasi oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat tidak diminati masyarakat setempat karena terkendala biaya awal yang harus dikeluarkan peserta.

BACA: Asosiasi Dukung Pemerintah Penuhi Kuota Tenaga Kerja di Jepang

"Program magang kerja ke Jepang sudah tiga tahun dibuka untuk masyarakat Solok Selatan tetapi tidak ada yang mendaftar karena calon peserta keberatan dengan biaya awalnya," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten itu Basrial di Padang Aro, Kamis, 27 Juni 2019.

Dia menyebutkan, sebelum dikirim ke Jepang ada beberapa biaya yang harus ditanggung sendiri oleh peserta seperti biaya hidup selama mengikuti tes seleksi.

BACA: Jepang Butuh Tenaga Kerja, Menaker Targetkan Kirim 70 Ribu Orang

Kemudian biaya medical Check Up, pembuatan paspor, pelatihan pra pemberangkatan pertama selama dua bulan, perjalanan dari daerah ke lokasi pra pemberangkatan tahap dua serta pembuatan visa.

Selain itu peserta juga harus menyediakan uang saku awal 10.000 Yen atau setara Rp1 juta serta biaya keperluan yang dipadukan untuk keperluan pribadi. "Berbagai biaya tersebut yang menjadi kendala bagi masyarakat sehingga tidak ada yang mendaftar," ujarnya.

Ia menyebutkan, manfaat magang di Jepang cukup banyak diantaranya peserta bekerja sambil berlatih dan ditempatkan di perusahaan kecil dan menengah di Jepang selama tiga tahun serta dilindungi asuransi kerja sesuai ketentuan Perundang undangan Negara Jepang.

Selain itu pada bulan pertama juga ada tunjangan uang saku peserta sebesar 80.000 Yen perbulan atau setara Rp8 juta di Training Center.

Selanjutnya, bulan ke dua sampai ke-24 uang saku yang diterima 90.000 Yen setara Rp 9 juta dan di tahun ketiga uang saku minimal 100.000 Yen atau Rp 10 juta. "Bagi Peserta yang menyelesaikan kontrak kerja magang selama tiga tahun diberikan sertifikat dan dana usaha mandiri sebesar 600.000 Yen atau Rp 60 juta," sebutnya.

Dia menambahkan, untuk 2020 pihaknya berencana melakukan kerja sama dengan lembaga pelatihan kerja dan untuk biaya sebelum berangkat akan diupayakan dari APBD.

Lembaga latihan kerja ini nantinya akan menghitung kebutuhan dan biaya yang dibutuhkan oleh peserta untuk dianggarkan melalui APBD dan sekaligus mereka melatihnya. "Sekarang kami sedang melakukan survei terhadap lembaga latihan kerja dan kalau didukung APBD maka 2020 program ini bisa terlaksana," katanya.

Baca berita tentang Tenaga Kerja lainnya di Tempo.co.

Advertising
Advertising

Berita terkait

Jepang Kucurkan Rp4,7 Miliar untuk Bantu Dukung Rehabilitasi dan Reintegrasi Sosial Narapidana Teroris di Nusakambangan

16 jam lalu

Jepang Kucurkan Rp4,7 Miliar untuk Bantu Dukung Rehabilitasi dan Reintegrasi Sosial Narapidana Teroris di Nusakambangan

Jepang berharap bisa memperkuat dukungan rehabilitasi yang tepat bagi para narapidana terorisme di Lapas Nusakambangan.

Baca Selengkapnya

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

16 jam lalu

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

Layanan kepada pelanggan di restoran dipandang sebagai bagian dari makanan yang telah dibayar, jadi tak mengharapkan tip.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia; Gedung Putih Sebut Tel Aviv Siap-siap Serang Rafah

2 hari lalu

Top 3 Dunia; Gedung Putih Sebut Tel Aviv Siap-siap Serang Rafah

Top 3 dunia, di urutan pertama berita tentang Pemerintah Israel yang bersikukuh akan menyerang Rafah.

Baca Selengkapnya

Delegasi Indonesia Partisipasi di Festival Hakata Dontaku

3 hari lalu

Delegasi Indonesia Partisipasi di Festival Hakata Dontaku

Festival Hakata Dontaku adalah festival kesenian dan budaya terbesar di Fukuoka Jepang. Indonesia menampilkan angklung, tari Bali, dan tari Saman

Baca Selengkapnya

Dubes RI Resmikan Pesantren Pertama NU di Jepang

3 hari lalu

Dubes RI Resmikan Pesantren Pertama NU di Jepang

Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi meresmikan pesantren pertama Nahdlatul Ulama (NU)

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Penjelasan Bulog atas Harga Beras Mahal, Viral Tas Hermes hingga Kekayaan Dirjen Bea Cukai

3 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Penjelasan Bulog atas Harga Beras Mahal, Viral Tas Hermes hingga Kekayaan Dirjen Bea Cukai

Penjelasan Bulog atas harga beras yang tetap mahal saat harga gabah terpuruk.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

4 hari lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Fakta Bandara Internasional Kansai Jepang, Biaya Pembangunan Termahal dan Terancam Tenggelam

4 hari lalu

Fakta Bandara Internasional Kansai Jepang, Biaya Pembangunan Termahal dan Terancam Tenggelam

Mulai dari lokasi pembangunannya di pulau buatan sampai ancaman tenggelam, simak informasi menarik tentang Bandara Internasional Kansai Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

4 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Bandara di Jepang Ini Tak Pernah Kehilangan Bagasi Penumpang, Apa Rahasianya?

4 hari lalu

Bandara di Jepang Ini Tak Pernah Kehilangan Bagasi Penumpang, Apa Rahasianya?

Bandara Internasional Kansai Jepang pertama kali dibuka pada 1994, dan diperkirakan melayani 28 juta penumpang per tahun.

Baca Selengkapnya