Ini Pertimbangan S&P Sebelum Naikkan Peringkat Utang RI

Sabtu, 1 Juni 2019 13:29 WIB

Gedung lembaga pemeringkat kredit internasional Standard & Poors di New York, AS (8/12). REUTERS/Brendan McDermid

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P) menaikkan peringkat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB dengan prospek stabil. Selain itu, peringkat utang Indonesia jangka pendek dikerek menjadi A-2 dari A-3.

Baca: S&P Tingkatkan Peringkat Utang Indonesia Jadi BBB

Langkah tersebut diambil dengan mempertimbangkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat dan dinamika kebijakan yang mendukung. “Kami menaikkan peringkat tersebut untuk mencerminkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat dan dinamika kebijakan mendukung, yang kami perkirakan akan bertahan menyusul terpilihnya kembali Presiden Joko Widodo,” seperti dikutip dari keterangan, Jumat, 31 Mei 2019.

“Peringkat utang Indonesia terus didukung oleh utang pemerintah yang relatif rendah dan kinerja fiskal yang moderat,” kata Standard & Poor's seperti dilansir dari Bloomberg.

Peningkatan peringkat itu akan menjadi kesempatan bagi Presiden Widodo yang telah berjanji untuk mendorong pertumbuhan dan memperluas dorongan infrastruktur pada masa jabatan keduanya. Peringkat tersebut sekaligus menempatkan Indonesia pada tingkat yang sama dengan Hongaria dan Uruguay, meskipun satu tingkat di bawah Filipina.

Advertising
Advertising

“Peningkatan ini memvalidasi pandangan kami bahwa fundamental-fundamental Indonesia sehat dan prospek reformasi tetap bagus pascapemilu,” ujar Euben Paracuelles, seorang ekonom di Nomura Holdings Inc., Singapura.

Menyusul laporan kenaikan peringkat itu, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG naik signifikan 1,35 persen atau 82,31 poin ke level 6.186,42 pada pukul 14.18 WIB. Sedangkan nilai tukar rupiah melonjak 148 poin atau 1,03 persen ke level Rp 14.262 per dolar AS.

Terkait hal itu, Kepala Ekonom PT Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro mengungkapkan S&P tercatat sebagai lembaga rating yang terlambat dalam menaikkan rating investasi Indonesia dibandingkan dua lembaga rating lainnya, Fitch dan Moody's. "S&P mungkin melihat sesuatu yang banyak fund manager global belum menyadari," tuturnya.

Menurut Satria, Bahana melihat upgrade kredit rating ini sebagai pernyataan kuat bahwa daya saing bisnis dan infrastruktur Indonesia memperlihatkan progres yang positif. Momentum perbaikan rating ini juga menunjukkan bahwa S&P memiliki proyeksi terkait pergerakan rupiah di masa mendatang. Pasalnya, perbaikan rating ini terjadi di tengah tensi perang dagang yang memanas.

"Rating upgrade secara efektif berarti S&P memperkirakan Indonesia akan sangat kuat menghadapi ancaman eksternal, seperti perlambatan ekonomi global dan meningkatnya proteksionisme global," kata Satria.

Bahkan, Indonesia bisa menjadi tujuan investasi yang atraktif atau bertransformasi menjadi safe haven di negara berkembang bagi fund manager global. Alhasil, Bahana melihat aset berbasis rupiah akan meningkat dalam waktu dekat.

Baca: Peringkat Utang RI Moncer, Darmin: Bisa Kurangi Tekanan Global

Dalam jangka waktu pendek, perbaikan rating utang dari S&P akan mendorong korporasi lokal untuk menarik dana murah dari pasar. "Ini juga akan mendorong pertumbuhan PDB, mengundang lebih banyak dana asing masuk, dan memperkuat posisi external balance Indonesia," ucap Satria.

BISNIS

Berita terkait

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

2 jam lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Jelang Singapore International Water Week, Kadin: Masih Banyak Populasi di RI yang Tak Punya Akses Air Bersih

16 jam lalu

Jelang Singapore International Water Week, Kadin: Masih Banyak Populasi di RI yang Tak Punya Akses Air Bersih

Kadin menggelar panel diskusi sebagai rangkaian dari SIWW 2024. Akses terhadap air bersih masih menjadi tantangan sejumlah wilayah di Indonesia.

Baca Selengkapnya

BRI Danareksa dan Succor AM Jalin Kerja Sama, Bidik Kenaikan AUM 50 Persen

18 jam lalu

BRI Danareksa dan Succor AM Jalin Kerja Sama, Bidik Kenaikan AUM 50 Persen

Sucor Aset Management menjalin kerja sama dengan BRI Danareksa Sekuritas untuk distribusi produk investasi reksa dana. Seperti apa targetnya tahun ini

Baca Selengkapnya

CIMB Niaga Gandeng Principal Indonesia, Luncurkan Reksa Dana Syariah Berdenominasi Dolar AS

18 jam lalu

CIMB Niaga Gandeng Principal Indonesia, Luncurkan Reksa Dana Syariah Berdenominasi Dolar AS

Bank CIMB Niaga bekerja sama dengan Principal Indonesia untuk meluncurkan Reksa Dana Syariah Principal Islamic ASEAN Equity Syariah.

Baca Selengkapnya

Eks Menteri Keamanan Panama Menang Pilpres dengan Dukungan Mantan Presiden

1 hari lalu

Eks Menteri Keamanan Panama Menang Pilpres dengan Dukungan Mantan Presiden

Eks menteri keamanan Panama memenangkan pilpres setelah menggantikan mantan presiden Ricardo Martinelli dalam surat suara.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Serap Rp 7,025 Triliun dari Lelang Surat Utang SBSN

1 hari lalu

Pemerintah Serap Rp 7,025 Triliun dari Lelang Surat Utang SBSN

Pemerintah menyerap dana sebesar Rp 7,025 triliun dari pelelangan tujuh seri surat utang yakni Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Kemenperin akan Panggil Manajemen Sepatu Bata, Zulhas Sebut Pelaku Usaha Jastip Wajib Ikut Aturan

1 hari lalu

Terpopuler: Kemenperin akan Panggil Manajemen Sepatu Bata, Zulhas Sebut Pelaku Usaha Jastip Wajib Ikut Aturan

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan memanggil manajemen PT Sepatu Bata Tbk., imbas penutupan pabrik alas kaki itu di Purwakarta, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Luhut Punya Kabar Baru Soal Rencana Investasi Tesla di Indonesia

1 hari lalu

Luhut Punya Kabar Baru Soal Rencana Investasi Tesla di Indonesia

Selain Indonesia, ada negara-negara lain yang membujuk Tesla untuk berinvestasi.

Baca Selengkapnya

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

1 hari lalu

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 bisa menjadi basis.

Baca Selengkapnya

Kepala Bappenas: Pembangunan IKN Sudah 80,82 Persen

1 hari lalu

Kepala Bappenas: Pembangunan IKN Sudah 80,82 Persen

Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa menyatakan bahwa pembangunan IKN sudah mencapai 80,82 persen per 25 April 2024.

Baca Selengkapnya