TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga rating Standard and Poor's (S&P) baru saja menaikkan peringkat utang Indonesia satu tingkat, dari BBB- menjadi BBB dengan outlook stabil. Selain itu, S&P juga ikut meningkatkan peringkat utang jangka pendek Indonesia dari A-3 menjadi A-2.
BACA: Rasio Utang Naik, BPK Ingatkan Pemerintah Agar Hati-hati
Menanggapi hal ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan kenaikan peringkat utang ini bisa membantu mengurangi tekanan ekonomi global terhadap ekonomi domestik. "Artinya suasana global bisa diatasi sedikit," kata Darmin di kantornya, Jumat 31 Mei 2019.
Dia mengakui, ketidakpastian global saat ini masih menjadi faktor penentu kondisi ekonomi Indonesia. Ketidakpastian ini disumbangkan oleh menurunnya pertumbuhan ekonomi global dan juga efek perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina.
Karena itu, kata Darmin, pemerintah akan berfokus pada perbaikan kondisi neraca dagang. Harapannya, dengan memperbaiki neraca dagang bisa ikut memperbaiki kondisi current account defisit/CAD atau defisit transaksi berjalan.
Darmin menjelaskan, kenaikan peringkat utang ini karena S&P melihat bahwa prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, dan kebijakan fiskal yang prudent. Rasio utang pemerintah yang rendah dan dengan kinerja fiskal yang moderat ikut membuat penilaian kredit jangka pendek terbawa membaik.
Secara terpisah, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyambut baik hasil rating S&P yang positif. Dengan peringkat itu, Indonesia kini memperoleh status Investment Grade dengan level yang sama dari ketiga lembaga rating utama, yaitu S&P, Moody’s dan Fitch.
Baca: Ini Alasan Fitch Rating Pertahankan Rating Utang RI
Peningkatan peringkat utang ini menunjukkan bahwa lembaga-lembaga rating tersebut memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap prospek perekonomian Indonesia. Selain itu, peningkatan itu juga didukung oleh sinergi kebijakan moneter, sektor keuangan, dan fiskal yang diarahkan untuk menjaga stabilitas makroekonomi sambil tetap mendorong momentum pertumbuhan ekonomi.