Alot, Rapat DPR dan Sri Mulyani dkk Bahas BPJS Kesehatan

Selasa, 28 Mei 2019 05:57 WIB

Menkeu Sri Mulyani mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 11 April 2018 lalu. Penghargaan ini diberikan oleh majalah keuangan FinanceAsia. TEMPO/M. Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Perwakilan Rakyat menggelar Rapat Dengar Pendapat ihwal hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan atau BPKP terhadap Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Kesehatan yang dihadiri Menteri Keuangan Sri Mulyani. Rapat juga dihadiri Kepala BPKP Ardan Adiperdana, Menteri Kesehatan Nila Djuwita Moeloek, Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional Sigit Priohutomo, dan Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris.

Baca juga:
Kata Sri Mulyani Soal Gagal Bayar BPJS Kesehatan Rp 9 Triliun

Rapat yang dimulai dari pukul 16.15, diawali dengan pembacaan hasil audit BPKP oleh Ardan. Setelah itu dilanjutkan oleh paparan dari Fachmi, Nila, Sri Mulyani dan Sigit. Pada pukul 18.45 rapat ditunda hingga pukul 18.30 untuk berbuka puasa.

Ardan menyampaikan hasil audit yang terbaru atau hasil audit tujuan tertentu hingga 31 Desember 2018 sebesar Rp 19,41 triliun. Dan, kata dia, dari Rp 19,41 itu, sebagian telah diselesaikan melalui mekanisme bantuan pemerintah sebesar Rp 10,26 triliun pada November 2019.

"Oleh karena itu, posisi gagal bayar BPJS Kesehatan sampai 31 Desember sebesar Rp 9,15 triliun," kata Ardan di kompleks DPR, Jakarta, Senin, 27 Mei 2019.

Setelah rapat dibuka kembali, para anggota DPR bertanya kepada pihak pemerintah yang hadir itu. Pembahasan rapat hampir usai pada sekitar pukul 21.00. Namun, pada pembahasan kesimpulan ada poin alot yang membuat rapat menjadi lebih panjang. Hingga pukul 23.50 rapat masih berlangsung.

Pada sekitar pukul 21.00 pimpinan rapat Ichsan Firdaus dari Fraksi Partai Golkar melontarkan usulan dalam kesimpulan rapat agar Kemenkes dan BPJS Kesehatan menyampaikan ke DPR mengenai kebijakan yang akan dikeluarkan yang memiliki dampak luas dan menimbulkan kegaduhan. "Hal itu karena kami melihat kebijakan sebelumnya seperti soal katarak waktu itu," ujar Ichsan.

Hal itu juga dikuatkan dengan argumen dari salah satu anggota dari Fraksi Partai Amanat Nasional, Saleh Partaonan Daulay. Kendati begitu Sri Mulyani, Nila Djuwita, dan Fachmi berkukuh menolak usulan itu.

Perdebatan itu berjalan sekitar dua jam. Hingga akhirnya, Ichsan mengetuk palu untuk tidak memasukkan poin tersebut.

Adapun dalam rapat itu, Ardan mengatakan pada data base peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Kesehatan, terdapat 27,4 juta NIK yang perlu ditingkatkan atau diperbaiki. "Dalam artian ada 17,17 juta NIKnya itu tidak lengkap, kemudian 0,4 juta NIK berisi campuran alfa numerik," kata Ardan.

Ardan juga mengatakan ada 10 juta lebih NIK ganda. Dalam artinya satu NIK digunakan oleh beberapa orang. Kemudian, kata dia, ada fasilitas kesehatannya masih belum terisi atau null. Dan 0,13 juta nama tidak berisi special karakter.

Baca berita Sri Mulyani lainnya di Tempo.co

Berita terkait

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

15 jam lalu

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

KPK menemukan beberapa dokumen yang berhubungan dengan proyek dugaan korupsi pengadaan perlengkapan rumah dinas DPR dalam penggeledahan.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

1 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

1 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

1 hari lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

1 hari lalu

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

KPK melanjutkan penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan sarana kelengkapan rumah jabatan anggota DPR RI tahun anggaran 2020

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

1 hari lalu

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

DPR menyatakan kebijakan Arab Saudi bertolak belakang dengan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Baca Selengkapnya

Program JKN Bisa Layani Pengobatan dengan KTP

2 hari lalu

Program JKN Bisa Layani Pengobatan dengan KTP

Salah satu kemudahan yang diberikan saat ini adalah peserta JKN aktif dapat berobat hanya dengan menunjukan Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang tertera di Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Baca Selengkapnya

Aplikasi Mobile JKN Mudahkan Masyarakat Jalani Pengobatan

2 hari lalu

Aplikasi Mobile JKN Mudahkan Masyarakat Jalani Pengobatan

Kehadiran aplikasi Mobile JKN kemudahan layanan kesehatan bagi peserta JKN

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

2 hari lalu

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

Ikappi merespons ramainya isu Kementerian Koperasi dan UKM membatasi jam operasional warung kelontong atau warung madura.

Baca Selengkapnya

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

2 hari lalu

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

Partai Gelora menyebut PKS selalu menyerang Prabowo-Gibran selama kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya