Enam Alasan Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan

Kamis, 25 April 2019 15:20 WIB

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di kompleks gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat, 1 Maret 2019. Tempo/Hendartyo Hanggi

TEMPO.CO, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur atau RDG Bank Indonesia pada 24-25 April 2019 memutuskan mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) atau suku bunga acuan sebesar 6 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.

Baca: Gubernur BI: Defisit Transaksi Berjalan Mengarah ke 2,5 Persen

"Keputusan tersebut sejalan dengan upaya memperkuat stabilitas eksternal perekonomian Indonesia," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta, Kamis, 25 April 2019. Dengan demikian, BI tercatat sudah mempertahankan suku bunga acuan 6 persen sejak 15 November 2018.

Dalam pemaparannya, ada sejumlah kondisi domestik dan global yang membuat Bank Indonesia masih terus mempertahankan suku bunga acuan 6 persen ini. Pertama yaitu perbaikan ekonomi global lebih rendah dari perkiraan, sementara ketidakpastian pasar keuangan terus berkurang. "Berkurangnya ketidakpastian keuangan global berdampak positif bagi aliran masuk modal asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia," kata Perry.

Kedua yaitu pertumbuhan ekonomi triwulan I 2019 yang diperkirakan tetap kuat karena ditopang oleh permintaan domestik. Menurut Perry, konsumsi bakal tetap tinggi karena didukung dengan terjaganya daya beli dan keyakinan masyarakat serta berlanjutnya stimulus fiskal, termasuk melalui bantuan sosial dan belanja terkait Pemilu.

Ketiga adalah Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I 2019 diperkirakan surplus sehingga bisa menopang upaya memperkuat stabilitas eksternal. Prospek NPI ini dipengaruhi prakiraan defisit transaksi berjalan yang berkurang dan surplus transaksi modal dan finansial yang cukup besar. Dari catatan BI, transaksi berjalan membaik karena surplus neraca perdagangan meningkat dari US$ 0,33 miliar pada Februari 2019, menjadi US$ 0,54 miliar pada Maret 2019.

Advertising
Advertising

Keempat yaitu nilai tukar rupiah yang menguat karena ditopang kinerja sektor eksternal terus membaik. Menurut BI, nilai tukar rupiah pada 23 April 2019 tercatat menguat 1,17 persen secara point to point dibandingkan dengan akhir Maret 2019 dan 0,58 persen secara rerata dibandingkan dengan rerata Maret 2019.

Bila dibandingkan dengan level 2018, nilai tukar Rupiah juga menguat 2,17 persen secara point to point dan 0,80 persen secara rerata.

Kelima yaitu inflasi pada Maret 2019 yang tetap rendah dan terkendali. Menurut BI, Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Maret 2019 tercatat sebesar 0,11 persen (mtm) atau inflasi 2,48 persen (yoy). Inflasi yang tetap terkendali pada Maret 2019 dipengaruhi inflasi kelompok inti yang melambat dan kelompok volatile food yang kembali mencatat deflasi. Sementara itu, inflasi administered price naik didorong kenaikan tarif angkutan udara.

Keenam adalah stabilitas sistem keuangan tetap terjaga disertai fungsi intermediasi yang stabil dan resiko kredit yang terkendali. Pertimbangan terakhir Bank Indonesia adalah kelancaran sistem pembayaran yang tetap terpelihara, baik dari sisi tunai maupun non-tunai.

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

7 jam lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

9 jam lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

15 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

1 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

1 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

3 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

3 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

3 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

3 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya