Ini Perbedaan Cara Jokowi dan Prabowo untuk Dongkrak Rasio Pajak

Reporter

Bisnis.com

Editor

Rahma Tri

Senin, 15 April 2019 15:29 WIB

Petugas keamanan melintas di dekat spanduk yang dipersiapkan untuk debat pertama capres-cawapres Pilpres 2019 di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu, 16 Januari 2019. Pada debat pilpres pertama tema yang diangkat adalah Hukum, HAM, Korupsi, dan Terorisme. ANTARA/Sigid Kurniawan

TEMPO.CO, Jakarta - Dua pasangan calon presiden, Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, sama- sama menyatakan tekadnya untuk menaikkan rasio pajak nasional. Namun, Jokowi dan Prabowo memiliki pandangan dan cara yang berbeda untuk meningkatkan rasio pajak tersebut.

Baca: Beri Pensiun Koruptor, Prabowo Dinilai Tidak Paham Masalah Bangsa

Dalam debat pilpres terakhir, Sabtu 13 April 2019 lalu, calon presiden Prabowo Subianto menyinggung rendahnya rasio pajak Indonesia yang hanya sebesar 10-11 persen. Padahal, rasio pajak negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand sudah mencapai 19 persen.

Rasio tersebut disebutnya juga merosot ketimbang era orde baru yang sempat mencapai 16 persen. Prabowo pun menjanjikan paling tidak dapat mengembalikan rasio pajak kembali meningkat mencapai 16 persen. Caranya adalah dengan meningkatkan transparansi dan pemanfaatan teknologi.

"Pemerintah harus berani mengejar mereka yang selama ini menghindar dari yang seharusnya dibayar," ujar Prabowo saat debat, seperti ditulis Bisnis.com, Ahad 14 April 2019.

Advertising
Advertising

Dalam kesempatan yang sama, timnya juga akan menginisiasi pembentukan Badan Penerimaan Negara yang terpisah dengan Kementerian Keuangan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Inisiatif tersebut juga disertai dengan pengurangan tarif pajak perorangan dengan meningkatkan batas penghasilan tidak kena pajak. Di samping itu, tarif pajak korporasi juga dijanjikan turun dari yang berlaku saat ini untuk menarik lebih banyak investasi.

Sementara itu calon presiden inkumben Joko Widodo menyoroti adanya risiko guncangan apabila pemerintah mengejar rasio pajak menjadi sebesar 16 persen dalam setahun. "Kalau dalam setahun tax ratio naik drastis seperti itu, artinya ada 5 persen dari GDP kita, sekitar Rp750 triliun yang ditarik menjadi pajak. Itu yang akan menimbulkan shock pada ekonomi," ujar Jokowi.

Baca: Jokowi Kritik Nama-nama Warga yang Dicatut Sandiaga

Jokowi menilai upaya memperluas basis pajak selepas program amnesti pajak perlu dilakukan secara bertahap. Di samping itu, dirinya menilai upaya meningkatkan basis pajak perlu difokuskan dengan melakukan reformasi pada pelayanan.

"Itu yang akan memberikan dampak signifikan bagi pembayar pajak, karena merasa dilayani dengan baik," ujar Jokowi.

BISNIS

Berita terkait

Dua Pernyataan Jokowi soal Pilkada: Tak Ajukan Percepatan serta Peluang Kaesang di Bekasi

6 menit lalu

Dua Pernyataan Jokowi soal Pilkada: Tak Ajukan Percepatan serta Peluang Kaesang di Bekasi

Apa kata Presiden Jokowi soal kepastian jadwal Pilkada hingga peluang orang-orang terdekat dalam pemilihan kepala daerah?

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Diusulkan Jadi Calon Gubernur DKI Jakarta, Bagaimana Tanggapannya?

27 menit lalu

Sri Mulyani Diusulkan Jadi Calon Gubernur DKI Jakarta, Bagaimana Tanggapannya?

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) DKI mengusulkan Menteri Keuangan Sri Mulyani sebagai calon Gubernur DKI Jakarta.

Baca Selengkapnya

Kondisi Rumah Murah Program Jokowi di Villa Kencana Cikarang: Banyak yang Terbengkalai

8 jam lalu

Kondisi Rumah Murah Program Jokowi di Villa Kencana Cikarang: Banyak yang Terbengkalai

Kondisi rumah murah program Jokowi di Villa Kencana Cikarang mayoritas terbengkalai dan tak berpenghuni

Baca Selengkapnya

Beda Sikap Soal Wacana Penambahan Jumlah Kementerian di Kabinet Prabowo

9 jam lalu

Beda Sikap Soal Wacana Penambahan Jumlah Kementerian di Kabinet Prabowo

Wacana penambahan jumlah kementerian di kabinet Prabowo perlu kajian ilmiah.

Baca Selengkapnya

Kementerian ESDM Masih Bahas Soal Perpanjangan Izin Ekspor Konsentrat Tembaga Freeport

9 jam lalu

Kementerian ESDM Masih Bahas Soal Perpanjangan Izin Ekspor Konsentrat Tembaga Freeport

Kementerian ESDM terus berkomunikasi dengan kementerian Keuangan untuk mengkaji arif bea keluar untuk ekspor konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia

Baca Selengkapnya

Rencana Penambahan Jumlah Kementerian Kabinet Prabowo Masih Terus Digodok

11 jam lalu

Rencana Penambahan Jumlah Kementerian Kabinet Prabowo Masih Terus Digodok

Prabowo berencana menambah jumlah pos kementerian di kabinetnya, mengingat gemuknya koalisi partai pendukung.

Baca Selengkapnya

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

11 jam lalu

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

Prabowo diharapkan tidak terjebak dalam politik merangkul yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Bappenas Sebut Makan Siang Gratis akan Disalurkan 3-5 Kali Tiap Pekan

11 jam lalu

Bappenas Sebut Makan Siang Gratis akan Disalurkan 3-5 Kali Tiap Pekan

Mulai berjalan 2025, Bappenas perkirakan program makan siang gratis akan disalurkan sebanyak 3-5 kali dalam seminggu

Baca Selengkapnya

Istana Sebut Pansel Calon Pimpinan KPK Diumumkan Bulan Ini

12 jam lalu

Istana Sebut Pansel Calon Pimpinan KPK Diumumkan Bulan Ini

Pansel KPK bertugas menyeleksi para calon pimpinan KPK sebelum diserahkan kepada DPR untuk melakukan tes uji kepatutan dan kelayakan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Kumpulkan Prabowo hingga Panglima TNI Bahas Operasi Khusus Papua

12 jam lalu

Jokowi Kumpulkan Prabowo hingga Panglima TNI Bahas Operasi Khusus Papua

Jokowi mengumpulkan menteri dan kepala lembaga negara di Istana Kepresidenan Jakarta pada Rabu siang. Bahan soal anggaran operasi khusus Papua.

Baca Selengkapnya