Prabowo Sebut RI Alami Deindustrialisasi, Ini Kondisi Negara Lain
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Rahma Tri
Minggu, 14 April 2019 10:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Izzudin Al Farras, menyebut deindustrialisasi yang terjadi di Indonesia terjadi lebih cepat dari negara ASEAN lainnya. Kendati, kata dia, deindustrialisasi dan transformasi struktural ekonomi merupakan fenomena alamiah dan terjadi secara global.
Baca: Debat Pilpres Kelima, Pertumbuhan Ekonomi Bakal Jadi Isu Utama
"Dalam 10 tahun terakhir, Indonesia mengalami penurunan porsi manufaktur terhadap PDB sebesar 7 persen, yang mana negara sebaya atau peers di ASEAN seperti Thailand dan Malaysia tidak lebih dari 4 persen," ujar Izzudin dalam diskusi online Indef, Sabtu malam, 13 April 2019.
Pernyataan Izzudin itu menanggapi kritik calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dalam Debat Calon Presiden dan Wakil Presiden putaran terakhir soal Indonesia yang kini tengah mengalami deindustrialisasi.
Menurut Izzudin, setidaknya ada tiga akibat dari menurunnya porsi industri manufaktur. Pertama adalah turunnya penerimaan perpajakan. Padahal, kata dia, manufaktur menjadi sektor tertinggi dalam menyumbang pajak yakni sekitar 30 persen.
Kedua, Izzudin mengatakan daya serap tenaga kerja oleh sektor manufaktur akan semakin berkurang. Konsekuensi terakhir, secara agregat, pertumbuhan Produk Domestik Bruto tidak dapat terdongkrak naik secara cepat karena kontribusi maupun pertumbuhan manufaktur turun dan tumbuh semakin lamban. "Deindustrialisasi diperparah melalui perubahan pola investasi asing (FDI) yang cenderung berada di sektor tersier dibandingkan sekunder," kata dia.
Sebelumnya, Prabowo menyoroti pertumbuhan Industri di Tanah Air. Menurut dia, telah terjadi deindustrialisasi di Indonesia.
"Indonesia tidak memproduksi apa-apa, kita menerima barang produksi dari bangsa lain," ujar dia di Debat Calon Presiden dan Wakil Presiden di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu, 13 April 2019. Karena itu, Prabowo mengatakan perlunya ada perubahan dari langkah tersebut.
Saat ini, kata Prabowo, pemerintah juga tidak memiliki strategi untuk menyelesaikan perkara deindustrialisasi itu. Untuk itu, Prabowo berujar perlunya aturan yang tegas untuk menyelesaikan permasalahan-permasalah itu. "Hilirisasi sepakat, tapi kenapa gak digarap daridulu, malah menteri menteri bolehin masuk barang impor," kata dia.
Baca: Ma'ruf Amin Janji Angka Stunting Turun 10 Persen dalam 5 Tahun
Menanggapi hal ini, ekonom dari Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Amin Ma'ruf, Arif Budimanta telah menyatakan bahwa industri manufaktur di Indonesia masih tetap tumbuh. Arif mengatakan, selama 4,5 tahun Jokowi menjabat, industri manufaktur tetap memberikan kontribusi yang positif. Manufaktur juga diklaim menjadi penyumbang produk domestik bruto atau PDB.
CAESAR AKBAR | FRANCISCA CHRISTY ROSANA