Core: 2 Masalah Keuangan Mesti Dibahas di Debat Capres Kelima

Reporter

Caesar Akbar

Rabu, 10 April 2019 09:11 WIB

Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto, dalam debat capres putaran keempat di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu, 30 Maret 2019. Diedit dari ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Riset Center of Reform on Economics alias Core Indonesia, Piter Abdullah, menyebut ada dua persoalan utama di sektor keuangan yang mesti dibahas dalam Debat Capres Putaran Terakhir pada Sabtu, 13 April 2019. Debat tersebut akan membahas soal ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan, investasi, serta industri.

Baca juga: Debat Capres Terakhir, Ekonom Minta Tak Cuma Bahas Harga Cabai

"Masalah itu bisa menjadi penghambat perekonomian Indonesia," ujar Piter dalam diskusi media menjelang debat capres kelima di Hong Kong Cafe, Jakarta, Selasa, 9 April 2019.

Masalah pertama adalah tingginya suku bunga di Indonesia. Dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Maret lalu, suku bunga acuan ditahan di level 6 persen. Menurut Piter, tingginya suku bunga membuat Indonesia mengalami ekonomi berbiaya tinggi atau high cost economy. "Di negara ASEAN saja kita jauh berbeda, ini menjadi pemicu masalah di sektor lain."

Permasalahan kedua, kata Piter, adalah struktur ekonomi yang lemah dengan Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan selama bertahun-tahun. Ia mengatakan persoalan ini tidak kunjung dibereskan secara tuntas oleh setiap rezim pemerintahan.

"Saya berharap ini muncul di debat capres nanti. Karena kalau ini diselesaikan banyak persoalan yang bisa diselesaikan," ujar Piter. Sebab, di saat yang sama, beberapa negara tetangga, seperti Thailand, Malaysia dan Vietnam berhasil menjaga neraca transaksi berjalan tetap positif.

Menurut Piter, saat ini Indonesia belum mengobati penyakit defisit transaksi berjalan. Alih-alih, pemerintah memilih menambal bolong tersebut di neraca modal dan neraca finansial. Pemerintah membiarkan aliran modal asing masuk ke dalam negeri untuk menambal defisit transaksi berjalan.

"Padahal modal asing dalam portofolio masuk, membuat ekonomi kita lebih fragile dan rentan, sebab yang masuk modal dalam bentuk portofolio yang sangat mudah keluar dan masuk," kata Piter.

Permasalahan itu juga semakin kompleks dengan rendahnya penyaluran kredit di Indonesia. Rasio penyaluran kredit terhadap PDB Indonesia tercatat masih di bawah 40 persen. Padahal di Thailand, rasio itu mencapai di atas 100 persen. "Bagaimana kita memacu pertumbuhan ekonomi kita kalau penyaluran kredit terhambat?"

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi sempat kesal karena Indonesia kerap mengalami defisit neraca perdagangan. Saking kesalnya Jokowi bahkan sampai mengucapkan kata 'bodoh' saat mengungkapkan ekspresinya itu.

"Tahu kesalahan kita, tahu kekurangan kita, rupiahnya berapa defisit kita tahu, kok enggak kita selesaikan? Bodoh banget kita kalau seperti itu," katanya saat membuka rapat koordinasi nasional investasi di Nusantara Hall, Indonesia Convention Exhibition (ICE) Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, Banten, Selasa, 12 Maret 2019.

Jokowi menjelaskan sejatinya semua pihak sudah mengetahui cara untuk menyelesaikan masalah defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan itu, yakni lewat meningkatkan investasi dan ekspor. "Defisit transaksi berjalan, defisit neraca perdagangan membebani kita berpuluh-puluh tahun tapi tidak diselesaikan.”

Baca berita Debat Capres lainnya di Tempo.co

AHMAD FAIZ

Berita terkait

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

9 jam lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

14 jam lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

2 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

2 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

Penyaluran Pendanaan AdaKami Rp 4,6 Triliun dalam 4 Bulan

2 hari lalu

Penyaluran Pendanaan AdaKami Rp 4,6 Triliun dalam 4 Bulan

Penyaluran pendanaan AdaKami pada Januari-April 2024 mencapai Rp 4,6 triliun.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

2 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

3 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

6 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

6 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

6 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya