Rupiah Menguat di Kuartal Pertama, Bagaimana Berikutnya?
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 1 April 2019 10:05 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah sepanjang kuartal pertama tahun ini berhasil bertahan di posisi zona hijau dan menguat cukup baik. Meski begitu, rupiah dinilai masih harus tetap bekerja lebih keras pada kuartal kedua mengingat masih banyaknya ketidakpastian global dan kekhawatiran pasar terhadap potensi resesi global.
Baca: Perry Warjiyo: Sejak 2018 Dunia Tak Ramah, Termasuk ke Indonesia
Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang kuartal I/2019 rupiah berhasil menguat 1,032 persen melawan dolar AS dan ditutup pada level Rp 14.243 per dolar AS. Rupiah menduduki posisi lima besar mata uang dengan kinerja terbaik di klasemen Asia dan kalah terhadap ringgit, baht, dan yuan offshore serta yuan renmimbi.
Padahal, di perdagangan awal tahun, rupiah sempat jauh memimpin penguatan di kelompok mata uang Asia akibat sentimen Federal Reserves yang memberikan sinyal untuk lebih sabar dalam menaikkan suku bunganya. Walhasil, dolar AS kehilangan daya tarik
Seperti pada penutupan perdagangan Kamis pekan lalu, rupiah menguat cukup tajam 1,131 persen atau naik 159 poin menjadi Rp 13.937 per dolar AS.
Sepanjang kuartal I tahun 2019 rupiah diperdagangkan dengan level terendah di Rp 13.920 per dolar AS pada perdagangan Rabu, 6 Februari 2019. Sementara level tertinggi rupiah di Rp 14.458 per dolar AS pada pembukaan perdagangan tahun ini, Rabu, 2 Januari 2019.
Kemudian, rupiah kembali melemah sepanjang perdagangan satu bulan lalu, menjadi kinerja terburuk kedua pada kelompok mata uang Asia melemah 1,222 persen. Hal ini akibat ketidakpastian geopolitik seperti perundingan perdagangan AS dan Cina, serta Brexit. Pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat, rupiah ditutup melemah tipis, hanya turun 1 poin menjadi Rp 14.243 per dolar AS.
Di lain sisi, kinerja rupiah pada kuartal pertama tahun ini masih lebih baik dibandingkan dengan kinerja rupiah pada kuartal pertama tahun lalu. Sepanjang perdagangan kuartal pertama 2018, rupiah melemah 1,58 persen melawan dolar AS.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pergerakan rupiah pada kuartal pertama tahun ini memang cukup baik. Meski begitu, ia memperkirakan rupiah akan melemah pada kuartal kedua akibat ketidakpastian global seperti perang dagang AS dan Cina serta Brexit. "Keduanya masih belum ada kepastian hingga kuartal kedua nanti," ujar Ibrahim, Ahad, 31 Maret 2019.
<!--more-->
Imbas dari hal tersebut, saat ini hampir seluruh bank sentral di dunia juga mengubah sikapnya menjadi lebih dovish dalam kebijakan moneternya maupun dalam pandangan pertumbuhan ekonominya. Selain itu, pergerakan rupiah pada kuartal kedua juga akan dibebani oleh reli penguatan minyak mentah dunia akibat kebijakan pemangkasan pasokan oleh OPEC dan sekutunya, serta sanksi AS terhadap negara minyak Iran dan Venezuela.
Indonesia yang merupakan negara net importir minyak, mau tidak mau harus mengimpor komoditas tersebut untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Oleh karena itu, kenaikan harga komoditas tersebut akan membuat prospek neraca perdagangan dan transaksi berjalan Indonesia akan tertekan. Ibrahim memproyeksi rupiah akan bergerak di level Rp 14.150 per dolar AS sepanjang kuartal II tahun 2019.
Hal senada disampaikan oleh tim riset UOB yang dipimpin oleh Suan Teck Kin. Ia mengatakan bahwa jika melihat PDB Indonesia yang belum pulih dan di tengah ketidakpastian sektor eksternal, pihaknya melihat pemotongan suku bunga dari BI justru akan mengurangi dukungan untuk kinerja rupiah.
"Hal tersebut karena Indonesia memiliki defisit fiskal dan transaksi berjalan, ini akan membuat rupiah rentan terhadap pelemahan. Bahkan, bulan lalu, ketika pasar cenderung untuk memilih adanya pemotongan suku bunga dari BI, rupiah justru melemah lagi dari Rp 14.000 menjadi Rp 14.200 terhadap dolar AS," tulis UOB dikutip dari riset yang bertajuk Laporan Outlook Kuartal II/2019 UOB.
Walaupun demikian, penurunan suku bunga oleh BI dapat dilihat secara positif untuk komunitas investasi sebagai sinyal yang baik bahwa adanya pertumbuhan dan memicu arus masuk investor baru sehingga mendukung rupiah.
Baca: BI: Supply dan Demand di Pasar Valuta Asing Seimbang, Rupiah Stabil
Secara keseluruhan, proyeksi pelemahan rupiah dapat diimbangi oleh dovish-nya The Fed terhadap kenaikan suku bunganya yang akan menekan laju dolar AS. Oleh karena itu, UOB memprediksi rupiah akan bergerak di level Rp 14.150 per dolar As sepanjang kuartal II/ 2019.
BISNIS