Rupiah Lanjutkan Pelemahan, Ini Sebabnya
Reporter
Antara
Editor
Martha Warta Silaban
Kamis, 28 Februari 2019 11:07 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Nilai tukar atau kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi kembali melanjutkan pelemahan yang terjadi pada hari sebelumnya, 27 Februari 2019.
BACA: Rupiah Diprediksi Melemah, Sentuh Rp 14.025
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan tingginya risiko perekonomian global seperti perlambatan di Eropa dan Cina, membuat pelaku pasar kembali beralih ke dolar AS.
"Rupiah dalam perdagangan hari ini kemungkinan akan diperdagangkan di level penguatan di Rp 14.006 dan pelemahan di Rp 14.066," ujar Ibrahim, Kamis, 28 Februari 2019
BACA: Awal Pekan, Kurs Rupiah Jisdor Menguat ke 14.007 per Dolar AS
The NBS Manufacturing PMI Cina berlanjut turun menjadi 49,2 di bulan Februari 2019 dari 49,5 pada Januari 2019. Penurunan atau kontraksi tersebut terjadi dalam tiga bulan berturut-turut. NBS ini mengukur kinerja dari sektor manufaktur dengan melakukan survei pada perusahaan-perusahaan skala besar dan milik pemerintah. Sementara untuk survei NBS yang nonmanufaktur turun menjadi 54,3 pada Februari 2019 dan 54,7 pada Januari 2019, dan di bawah konsensus di 54,4.
Kendati masih di atas level 50 yang artinya ekspansi, tetapi mencatat terjadinya perlambatan. "Perlambatan PMI di China ini menjadi indikasi berlanjutnya perlambatan ekonomi China," ujar ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih.
Bank Dunia perkirakan ekonomi Cina tumbuh 6,2 persen pada 2019 ini dari realisasi 6,6 persen pada 2018.
Hingga pukul 10.20 WIB, nilai tukar rupiah masih bergerak melemah 36 poin menjadi Rp 14.066 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp 14.030 per dolar AS.