Bappenas Evaluasi Kawasan Ekonomi Khusus

Kamis, 21 Februari 2019 17:23 WIB

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas Bambang Brodjonegoro menyampaikan pidato pada diskusi panel tentang Inclusive Urbanization Amid Global Change dalam rangkaian Pertemuan Tahunan IMF World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Bali, Sabtu 13 Oktober 2018. ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Puspa Perwitasari

TEMPO.CO, BANDUNG - Direktur Pengembangan Wilayah Dan Kawasan, Kementerian PPN/Bappenas, Sumedi Andono Mulyo mengatakan, kementeriannya tengah melakukan evaluasi terhadap status Kawasan Ekonomi Khusus yang telah diberikan pemerintah pada sejumlah daerah. “Pertimbangannya kan banyak, kalau nanti misalnya selama lima tahun tidak operasional, itu bukan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus, tapi kawasan ekonomi yang dikelola provinsi,” kata dia di Bandung, Kamis, 21 Februari 2019.

Simak: Pentingkah Jumlah Unicorn Bagi Perekonomian RI? Ini Kata Bappenas

Sumedi mengatakan, hasil evaluasi tersebut dilakukan Bappenas untuk dicantumkan dalam dokumen RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah). “Ini akan menjadi bagian dalam dokumen RPJMN sehingga pemerintah akan fokus di Kawasan Ekonomi Khusus mana yang mau dikembangkan,” kata dia.

Menurut Sumedi, ada sejumlah aspek yang akan dinilai. Mulai dari operasional kawasan tersebut, hingga audit mitigasi bencana. Sumedi mengatakan, KEK bergerak di banyak sektor. Di antaranya industri, pertanian, perikanan, hingga pariwisata. Sejumlah KEK misalnya dalam perkembangannya bergeser fungsinya. “Dulu Morotai itu perikanan, tapi mau geser ke pariwisata. Tapi ternyata belum operasional,” kata dia.

Advertising
Advertising

Sumedi mengatakan, dari seluruh KEK yang sudah ditetapkan pemerintah baru sebagian kecil yang beroperasi. “Baru di Semangke dan Mandalika yang sudah jalan. Seluruhnya ada 6 yang sudah operasional, tapi belum penuh,” kata dia.

Menurut Sumedi, bencana tsunami yang melanda KEK Tanjung Lesung membuat evaluasi yang dilakukan juga menyasar pada faktor risiko bencana. “Makanya nanti kita lihat resiko bencananya bagaimana, termasuk melakukan audit bencana juga. Jadi KEK ini kita audit, kalau di situ rawan bencana, harus dilihat mitigasinya seperti apa,” kata dia.

Sumedi mengatakan, evaluasi pada faktor risiko bencana ini sengaja untuk memperhitungkan risiko investasi yang sudah ditanam investor. “Supaya nanti jangan sampai investasi besar di situ, kena bencana, habis,” kata dia.

Bappenas menampik faktor risiko bencana tidak diperhitungkan sejak awal penetapan KEK. “Kan petanya bisa bergeser. Ada peta bencana, daerah rawan bencana, ada kajiannya,” kata dia.

Sumedi mengatakan, sudah banyak usulan penetapan KEK yang masuk lewat Kementerian Koordinator Perekonomian, tapi sebagian belum siap lahannya. “Banyak yang mengajukan, tapi tidak siap lahannya. Mungkin nanti proses pengajuan itu yang akan kita perbaiki syaratnya,” kata dia.

Berita terkait

Cerita Sandiaga di Hari Lebaran 2024, dari Salat Id, Temui Orang Tua hingga Hadir di Istana

22 hari lalu

Cerita Sandiaga di Hari Lebaran 2024, dari Salat Id, Temui Orang Tua hingga Hadir di Istana

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno membagikan momen lebarannya di akun Instagram pribadi @sandiuno.

Baca Selengkapnya

Polemik Kabar KPK Digabung dengan Ombudsman

28 hari lalu

Polemik Kabar KPK Digabung dengan Ombudsman

Kabar peleburan KPK dengan Ombudsman menimbulkan polemik. Bappenas membantah tengah membahas peleburan tersebut.

Baca Selengkapnya

Awal Mula Berhembus Kabar KPK Digabung dengan Ombudsman

28 hari lalu

Awal Mula Berhembus Kabar KPK Digabung dengan Ombudsman

tersiar kabar KPK akan dihapuskan lalu digabungkan dengan Ombudsman, bagaimana awalnya?

Baca Selengkapnya

ICW Ungkap Rencana KPK Hapus Bidang Penindakan dan Gabung Ombudsman Telah Dibahas di Bappenas

31 hari lalu

ICW Ungkap Rencana KPK Hapus Bidang Penindakan dan Gabung Ombudsman Telah Dibahas di Bappenas

Peneliti ICW Kurni Ramadhana mengatakan rencana KPK bubar lalu gabung Ombudsman bukan isapan jempol, sudah dibahas di Bappenas.

Baca Selengkapnya

Sebut Kepulauan Seribu Cocok Jadi Food Estate, Pj Gubernur DKI Heru Budi Bakal Lakukan Ini

39 hari lalu

Sebut Kepulauan Seribu Cocok Jadi Food Estate, Pj Gubernur DKI Heru Budi Bakal Lakukan Ini

Heru Budi menyebut Kepulauan Seribu cocok jadi food estate alias lumbung pangan di DKI Jakarta. Berikut hal yang bakal dilakukan Pj Gubernur DKI itu.

Baca Selengkapnya

Penerapan Cukai Minuman Berpemanis Diklaim Bisa Tekan Penyakit Diabetes, Jantung dan Stroke

40 hari lalu

Penerapan Cukai Minuman Berpemanis Diklaim Bisa Tekan Penyakit Diabetes, Jantung dan Stroke

Bappenas mengklaim penerapan cukai minuman berpemanis dalam kemasan akan menekan penyakit diabetes, jantung dan stroke di masyarakat.

Baca Selengkapnya

Cukai Minuman Berpemanis Berlaku Tahun Ini, Bappenas: Sudah Sesuai RPJMN

40 hari lalu

Cukai Minuman Berpemanis Berlaku Tahun Ini, Bappenas: Sudah Sesuai RPJMN

Bappenas sebut penerapan cukai minuman berpemanis dalam kemasan tahun ini sudah sesuai dengan rencana pembangunan.

Baca Selengkapnya

PBB Luncurkan Buku Kisah Nyata Upaya Mencapai SDGs.

42 hari lalu

PBB Luncurkan Buku Kisah Nyata Upaya Mencapai SDGs.

PBB meluncurkan "Those Not Left Behind", buku berisi 22 kisah nyata tentang upaya mencapai SDGs.

Baca Selengkapnya

Heru Budi Akan Kembangkan Food Estate di Kepulauan Seribu: Kaya Potensi Ikan, Rumput Laut..

43 hari lalu

Heru Budi Akan Kembangkan Food Estate di Kepulauan Seribu: Kaya Potensi Ikan, Rumput Laut..

Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyatakan lahan di Kepulauan Seribu cocok dipakai sebagai food estate bagi DKI Jakarta pada 2025.

Baca Selengkapnya

Alasan Makan Siang Gratis Dibahas Pemerintah, Bappenas: Mencontoh Negara Maju

52 hari lalu

Alasan Makan Siang Gratis Dibahas Pemerintah, Bappenas: Mencontoh Negara Maju

Bappenas menyebut bahwa program makan siang gratis mencontoh kebijakan yang sudah ada di sejumlah negara berpendidikan maju.

Baca Selengkapnya