BI Yakin Arus Modal Bisa Perbaiki Defisit Neraca Pembayaran

Reporter

Bisnis.com

Sabtu, 9 Februari 2019 10:40 WIB

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman Zainal (tengah) dan Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI, Yati Kurniati saat mengelar konferensi pers mengenai Neraca Pembayaran Indonesia kuartal IV 2018 di Kantor BI, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat, 8 Februari 2019. TEMPO/Dias Prasongko

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluo yakin kebijakan yang telah digulirkan untuk menjaga daya tarik investasi dalam aset keuangan domestik bisa menarik aliran modal ke pasar dalam negeri, sekaligus memperbaiki defisit neraca pembayaran 2018 yang tembus hingga US$ 7,13 miliar.

Baca juga: Triwulan IV 2018, BI: Neraca Pembayaran Surplus US$ 5,4 Miliar

Menurut Dody, defisit neraca pembayaran Indonesia (NPI) 2018 disebabkan tekanan di pasar keuangan yang membuat arus modal asing yang masuk ke dalam negeri menurun pada kuartal I-III. Hal ini dipicu oleh kondisi eksternal yang kurang mendukung. "Namun, kebijakan untuk menjaga daya tarik investasi dapat kembali menarik investasi tersebut masuk kembali ke domestik," ujar Dody, Jumat, 8 Februari 2019.

Buktinya, kata dia, transaksi modal dan finansial sepanjang kuartal IV/2018 kembali meningkat. Sejalan dengan itu, pergerakan nilai tukar terus menguat sejak Oktober 2018. Dia menegaskan BI dan pemerintah tidak akan tinggal diam.

Keduanya, kata Dody, terus akan memperkuat koordinasi untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan menuju kisaran 2,5 persen pada akhir 2019. "Indikator makro masih cukup kuat. Defisit transaksi berjalan memang tidak segera turun, namun pemerintah dan BI masih terus fokus pada langkah pengendalian defisit transaksi berjalan tersebut," tegas Dody.

BI bersama pemerintah akan mendorong keberlanjutan reformasi struktural untuk memperbaiki daya saing dan meningkatkan nilai tambah ekspor barang dan jasa. "Hal ini diharapkan dapat menjadi faktor penarik aliran dana masuk baik dalam bentuk direct investment maupun portofolio investment," ungkap Dody.

BI sebelumnya mencatat Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) defisit sebesar US$ 7,1 miliar. Dalam komponen NPI sebenarnya terdapat surplus dari neraca transaksi modal dan finansial sebesar US$ 25,2 miliar yang disebabkan masih banyaknya investor global yang membeli instrumen obligasi pemerintah, obligasi koporasi dan juga saham emiten di pasar Indonesia. Namun, dalam komponen NPI, terdapat defisit US$ 31,1 miliar untuk neraca transaksi berjalan, yang merupakan imbas dari defisit neraca perdagangan barang, jasa dan juga pendapatan primer.

BISNIS

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

1 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

1 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

1 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

5 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

6 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

9 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

9 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

10 hari lalu

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo membeberkan asumsi arah penurunan suku bunga acuan The Fed atau Fed Fund Rate (FFR).

Baca Selengkapnya

BI Naikkan Suku Bunga Acuan, Bank Mandiri: Penting di Tengah Ketidakpastian dan Fluktuasi Global

10 hari lalu

BI Naikkan Suku Bunga Acuan, Bank Mandiri: Penting di Tengah Ketidakpastian dan Fluktuasi Global

Bank Mandiri merespons soal kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI).

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

10 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya