Ketimbang Pangkas Pajak Ala Prabowo, Pakar Lebih Sarankan Ini

Selasa, 22 Januari 2019 06:55 WIB

TEMPO.CO, Jakarta -Kepala Peneliti Fiskal Danny Darussalam Tax Center atau DDTC Bawono Kristiaji menilai efektivitas otoritas pajak lebih berpengaruh dalam meningkatkan kepatuhan dan kesadaran pajak di suatu negara. Sedangkan, penurunan tarif pajak yang digaungkan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto, ternyata tidak memiliki pengaruh yang jelas dalam praktiknya di banyak negara.

BACA: Kubu Prabowo Sebut Gaji Dokter Rendah, Lampirkan Laporan JDN

Untuk meningkatkan efektivitas otoritas pajak ini, kata Bawono, ada sejumlah kebijakan yang bisa dilakukan. “Dalam jangka pendek, salah satunya adalah upaya mengoptimalkan data yang diperoleh dari pertukaran informasi dalam rangka meningkatkan kepatuhan,” kata Bawono saat dihubungi di Jakarta, Senin, 21 Januari 2019.

Sementara dalam jangka menengah, Bawono menyebut agenda reformasi pajak harus dijalankan secara menyeluruh dengan mendengar suara wajib pajak. Saat ini, agenda reformasi perpajakan ini telah dimulai kementerian keuangan. Tujuannya mulai dari meningkatkan kepatuhan wajib pajak hingga produktivitas aparat perpajakan.

BACA: Kubu Prabowo: Naikkan Tax Ratio dengan Cara Ibnu Khaldun

Advertising
Advertising

Komentar ini disampaikan menanggapi rencana dari calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto yang bakal memangkas tarif agar kesadaran pajak meningkat dan penerimaan dari pajak juga bisa meningkat. Kebijakan ini akan dibarengi dengan penegakan aturan perpajakan sehingga basis pajak akan meningkat. "Dengan cara itu maka rasio pajak diharapkan akan meningkat,” kata Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Handi Risza Idris.

Lebih lanjut, pertukaran informasi yang dimaksud oleh Bawono telah dimulai sejak September 2017. Pertukaran dilakukan setelah para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara anggota G20 sepakat melaksanakan pertukaran data informasi perpajakan secara otomatis (Automatic Exchange of Information) dan prinsip penghindaran pajak Base Erosion and Profit Shifting.

Sementara, Pengamat perpajakan dari Center for Indonesia Taxation Analysis atau CITA Yustinus Prastowo justru mengkritik rencana pemangkasan tarif demi meningkatkan penerimaan pajak ini. Sebab, Prabowo memiliki target rasio pajak 16 persen dari saat ini yang hanya 11,5 persen. “Penurunan tarif pajak dalam jangka pendek akan menurunkan penerimaan, apalagi tingkat kepatuhan kita masih rendah dan basis pajak kita belum bertambah signifikan," ujar Prastowo.

Itu sebabnya, ketimbang pemangkasan tarif pajak ala Prabowo, Prastowo lebih setuju dengan upaya Kementerian Keuangan saat ini yang menggenjot penerimaan pajak lewat kebijakan reformasi perpajakan. “Yaitu mengarahkan target Nawacita 16 persen ke rasionalitas sesuai konteks dan tantangan di lapangan.”

ANTARA

Berita terkait

Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang "Toxic" Masuk Pemerintahan

1 menit lalu

Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang "Toxic" Masuk Pemerintahan

Pesan Luhut ke Prabowo jangan bawa orang toxic ke pemerintahan

Baca Selengkapnya

AHY Buka Suara Soal Diskusi Pembagian Kursi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

6 menit lalu

AHY Buka Suara Soal Diskusi Pembagian Kursi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Ketua Umum Partai Demokrat AHY buka suara soal diskusi mengenai kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran. Namun ia tak merinci kapan diskusi itu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Segini Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani yang Juga Menjabat Komisaris BNI

21 menit lalu

Segini Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani yang Juga Menjabat Komisaris BNI

Dirjen Bea dan Cukai Askolani menjadi sorotan karena memiliki harta Rp 51,8 miliar

Baca Selengkapnya

Respons Istana atas Wacana Presidential Club dari Jubir Prabowo

1 jam lalu

Respons Istana atas Wacana Presidential Club dari Jubir Prabowo

Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana menanggapi wacana pembentukan presidential club yang disampaikan juru bicara Prabowo

Baca Selengkapnya

Kata Pengamat soal Keinginan Prabowo Bentuk Presidential Club: Kalo Tidak Perlu, Jangan

3 jam lalu

Kata Pengamat soal Keinginan Prabowo Bentuk Presidential Club: Kalo Tidak Perlu, Jangan

Menurut Ujang Komarudin, pembentukan Presidential Club oleh Prabowo Subianto harus dilihat berdasarkan kebutuhan.

Baca Selengkapnya

Kadin Ingatkan Pemerintah Hati-hati Membentuk Badan Otorita Penerimaan Negara

4 jam lalu

Kadin Ingatkan Pemerintah Hati-hati Membentuk Badan Otorita Penerimaan Negara

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia meminta pemerintah agar berhati-hati dalam pembentukan Badan Otorita Penerimaan Negara.

Baca Selengkapnya

Soal Pertemuan dengan Megawati dan PKS, Gerindra: Prabowo Masih Punya Agenda Lain

5 jam lalu

Soal Pertemuan dengan Megawati dan PKS, Gerindra: Prabowo Masih Punya Agenda Lain

Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, bicara mengenai peluang pertemuan antara Prabowo Subianto dengan Megawati Soekarnoputri dan PKS. Apa katanya?

Baca Selengkapnya

Dahnil Anzar Ungkap Rencana Prabowo Mau Buat Presidential Club

7 jam lalu

Dahnil Anzar Ungkap Rencana Prabowo Mau Buat Presidential Club

Prabowo ingin para mantan presiden Republik Indonesia rutin bertemu dalam wadah presidential club.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Pria Sobek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai, BTN Didemo karena Uang Nasabah Hilang

10 jam lalu

Terpopuler: Pria Sobek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai, BTN Didemo karena Uang Nasabah Hilang

Terpopuler bisnis: Pria menyobek tas Hermes di depan petugas Bea Cukai karena karena diminta bayar Rp 26 juta, BTN didemo nasabah.

Baca Selengkapnya

Prabowo Tidak Mundur dari Jabatan Menhan Meskipun Masa Transisi Presiden Terpilih, Sebab...

13 jam lalu

Prabowo Tidak Mundur dari Jabatan Menhan Meskipun Masa Transisi Presiden Terpilih, Sebab...

Apa alasan Prabowo Subianto tak melepas jabatan Menhan, padahal sibuk transisi sebagai presiden terpilih?

Baca Selengkapnya