Chatib Basri: Sektor Riil Penuh Tekanan, Sektor Keuangan Berpesta di 2019

Jumat, 18 Januari 2019 08:40 WIB

Menteri Keuangan M. Chatib Basri, resmikan penerbitan uang NKRI pecahan seratus ribu rupiah di Gedung BI, Jakarta, 18 Agustus 2014. TEMPO/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan pada 2019 menjadi saat yang tidak mudah bagi para pelaku sektor riil. Ia melihat tahun ini tidak banyak ruang ekspansi di sisi moneter maupun fiskal. "Saya less optimistic," ujar Chatib di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis, 17 Januari 2019.

BACA: Rizal Ramli: Hanya 1 Mesin Ekonomi di Era Jokowi Berfungsi Baik

Di sisi moneter, kata Chatib, ruang ekspansi tidak cukup besar lantaran neraca transaksi berjalan Indonesia masih akan mengalami defisit pada tahun ini. Adapun pada sektor fiskal, ruang ekspansi juga tidak ada lantaran anjloknya harga sejumlah komoditas sumber daya alam, misalnya batubara, minyak sawit, hingga minyak mentah.

Merosotnya harga sejumlah komoditas itu, menurut Chatib, pasti akan berdampak pula kepada penerimaan negara. Artinya, ruang ekspansi fiskal juga tidak banyak. "Artinya, moneter ketat, fiskal ketat, komoditas turun."

BACA: Buka Perdagangan Saham, Jusuf Kalla Dorong Investasi Sektor Riil

Advertising
Advertising

Kondisi itu berkebalikan dengan para pelaku sektor keuangan yang menurut Chatib bisa berpesta pada awal tahun ini. Pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell yang menyatakan bank sentral AS akan bersabar dalam menaikkan suku bunganya memacu arus modal kembali ke pasar-pasar negara berkembang, salah satunya Indonesia. Imbasnya rupiah terus menguat dari yang sebelumnya sempat mencapai Rp 15.000 per dolar AS, menjadi di kisaran Rp 14.100 per dolar AS.

"Jadi ini tahun yang tidak mudah untuk sektor riil, tapi sektor keuangan happy," tutur Chatib.

Kembalinya arus modal ke pasar modal Indonesia juga mengatrol Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia hingga menembus level 6.400 dari sebelumnya pernah menyentuh 5.900. "Arus modal akan masuk dengan sangat cepat," kata Chatib. "Kalau mau memanfaatkan arus balik modal, itu terjadi sekarang."

Kendati demikian, Chatib mengingatkan pesta pora bagi pelaku sektor keuangan itu suatu saat pasti akan berakhir. "Polisi pasti datang, kalau mau pesta sekarang sebelum diusir polisi," tutur Chatib. Polisi yang dia maksud adalah kebijakan The Fed kembali menaikkan suku bunganya.

Chatib berujar The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunganya lagi sedikitnya 25 basis poin hingga April 2019. Alasannya, tingkat pengangguran di AS kini sudah di bawah empat persen. Artinya, sangat sulit mencari pekerja terampil yang menganggur. Imbasnya, tingkat upah mulai naik. Itu menjadi salah satu yang mendorong The Fed mesti kembali menaikkan suku bunganya.

"Kalau situasi memburuk, mungkin awal tahun depan dia harus menurunkan suku bunganya 25 basis poin," tutur Chatib.

Baca berita tentang sektor riil lainnya di Tempo.co.

Berita terkait

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

1 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Penyaluran Pendanaan AdaKami Rp 4,6 Triliun dalam 4 Bulan

4 hari lalu

Penyaluran Pendanaan AdaKami Rp 4,6 Triliun dalam 4 Bulan

Penyaluran pendanaan AdaKami pada Januari-April 2024 mencapai Rp 4,6 triliun.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

9 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

9 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Najeela Shihab Sayangkan Literasi Keuangan Anak Masih Rendah, Tapi Akses Keuangan Sudah Tinggi

9 hari lalu

Najeela Shihab Sayangkan Literasi Keuangan Anak Masih Rendah, Tapi Akses Keuangan Sudah Tinggi

Najeela Shihab menilai kualitas hubungan dalam keluarga sangatlah menentukan kemampuan seseorang untuk punya literasi keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi Keuangan Perempuan

11 hari lalu

Hari Kartini, OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi Keuangan Perempuan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen meningkatkan edukasi literasi keuangan untuk perempuan.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

11 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya

OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak di Tengah Pelemahan Rupiah

11 hari lalu

OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak di Tengah Pelemahan Rupiah

OJK memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya

Australia-Indonesia Kerja Sama Bidang Iklim, Energi Terbarukan dan Infrastruktur

12 hari lalu

Australia-Indonesia Kerja Sama Bidang Iklim, Energi Terbarukan dan Infrastruktur

Australia lewat pendanaan campuran mengucurkan investasi transisi net zero di Indonesia melalui program KINETIK

Baca Selengkapnya

Faktor yang Tentukan Kondisi Kesehatan Mental Seseorang

17 hari lalu

Faktor yang Tentukan Kondisi Kesehatan Mental Seseorang

Psikolog mengatakan kondisi kesehatan mental seseorang ditentukan oleh berbagai faktor. Apa saja?

Baca Selengkapnya