Dituding Tak Tegas Soal Uighur Karena Utang, Istana Angkat Bicara

Jumat, 21 Desember 2018 07:17 WIB

Menara pemantau dan kamera CCTV dipasang di sekitar pusat pendidikan keterampilan kejuruan untuk Muslim Uighur yang dikelilingi pagar berduri di Dabancheng, Xinjiang, Cina, 4 September 2018. Para tahanan Muslim juga dilaporkan dipaksa untuk mengonsumsi alkohol dan daging babi. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi, Ahmad Erani Yustika, menanggapi tudingan ketidaktegasan pemerintah Indonesia terhadap penindasan warga muslim Uighur di Provinsi Xinjiang, Cina, karena utang Indonesia ke Cina. Erani menjelaskan bahwa hal tersebut tidaklah tepat.

Baca juga: Sikap Indonesia pada Penindasan Muslim Uighur, Begini Kata JK

"Saya kira tidak ada, Anda juga tahu bahwa struktur utang pemerintah itu sejak 15 tahun terakhir sudah banyak bergeser ke utang domestik, bukan lagi ke utang global baik dari pemerintah maupun korporasi global," kata Erani saat ditemui di Hotel Best Western Premiere The Hive di Jakarta Timur, Kamis 20 Desember 2018.

Sebelumnya, juru bicara Badan Pemenangan (BPN) Prabowo-Sandi Taufan Rahmadi mensinyalir tidak adanya sikap tegas mengenai penindasan penduduk muslim di Uighur oleh pemerintah karena adanya utang dan investasi yang besar dari Cina. Terutama mengenai tekanan dari adanya utang luar negeri yang ditarik oleh Indonesia dari pemerintah Cina.

Erani menjelaskan, tidak adanya tekanan utang tersebut salah satunya ditunjukkan dengan mulai berkurangnya kepemilikan surat berharga negara atau surat utang negara (SUN) yang kini dimiliki oleh asing. Erani mengatakan saat ini para pemegang SUN tersebut paling banyak dimiliki oleh investor domestik.

Hanya sebesar 30 persen SUN yang dimiliki baik pemerintah maupun investor dan korporasi asing. "Selebihnya sekitar 65-70 persen itu SUN dipegang oleh investor di pasar domestik, saya kira data tersebut bisa menjadi dasar untuk menjelaskan hal itu," kata Erani.

Sementara itu, pemerintah Indonesia memang belum memberi sinyal bakal mengambil tindakan khusus mengenai kasus penindasan warga muslim Uighur di Provinsi Xinjiang, Cina, oleh pemerintah setempat. Wakil Presiden Jusuf Kalla sebelumnya juga telah memberikan pernyataan mengenai hal ini.

Ia mengatakan bahwa Indonesia pada dasarnya tidak setuju dengan pelanggaran hak asasi manusia. "Pasti kita semua juga menolak atau mencegah suatu penindasan kepada hak asasi manusia," kata dia di Jakarta, Senin, 17 Desember 2018.

Namun penindasan terhadap umat muslim Uighur, menurut JK, merupakan masalah internal Cina. "Kalau masalah domestik, tentu kita tidak ingin mencampuri masalah Uighur. Tapi secara umum, penghentian pelanggaran HAM juga harus kita perjuangkan," tuturnya.

VINDRY FLORENTIN

Berita terkait

Pemerintah Serap Rp 7,025 Triliun dari Lelang Surat Utang SBSN

13 jam lalu

Pemerintah Serap Rp 7,025 Triliun dari Lelang Surat Utang SBSN

Pemerintah menyerap dana sebesar Rp 7,025 triliun dari pelelangan tujuh seri surat utang yakni Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

Baca Selengkapnya

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

10 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

11 hari lalu

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

Direktur Ideas menanggapi rencana Presiden Jokowi membahas program yang diusung Prabowo-Gibran dalam RAPBN 2025.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

12 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

12 hari lalu

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

Partai politik pendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden mendapat jatah menteri berbeda-beda di kabinet Prabowo mendatang.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

13 hari lalu

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

Kemenkeu merespons soal kenaikan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2025.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

14 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya

PT PundiKas Indonesia Bantah Telah Menjebak dan Meneror Nasabah karena Pinjol

14 hari lalu

PT PundiKas Indonesia Bantah Telah Menjebak dan Meneror Nasabah karena Pinjol

PT PundiKas Indonesia, layanan pinjaman dana online atau pinjol, membantah institusinya telah menjebak nasabah dengan mentransfer tanpa persetujuan.

Baca Selengkapnya

Seorang Istri jadi Korban KDRT Suaminya Karena Tak Berikan Data KTP Untuk Pinjol

15 hari lalu

Seorang Istri jadi Korban KDRT Suaminya Karena Tak Berikan Data KTP Untuk Pinjol

Seorang menjadi korban KDRT karena tidak memberikan data KTP untuk pinjaman online.

Baca Selengkapnya

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

18 hari lalu

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

BI mencatat jumlah utang luar negeri Indonesia jumlahnya naik 1,4 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya