Sudirman Said: Perbaiki Neraca Dagang, Mandatori B20 Tak Cukup

Rabu, 19 Desember 2018 17:19 WIB

Direktur Materi dan Debat, Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga Uno, Sudirman Said, di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat pada Sabtu, 1 Desember 2018. (Andita Rahma)

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM Sudirman Said ikut berkomentar mengenai kebijakan pemerintah soal mandatori B20 atau mencampur solar dengan minyak sawit 20 persen. Ia menilai langkah itu tak cukup untuk bisa memperbaiki kondisi neraca dagang yang tengah terpuruk saat ini.

Baca juga: Sudirman Said Sebut Rp 150 Triliun APBN Rawan Dikorupsi

"Saya bukan ekonom, tapi seolah-olah defisit itu bisa diselesaikan dengan menambah porsi sawit dalam solar (B20). Padahal perlu juga persiapan alat, sistem dan struktur," kata Sudirman saat menjadi pembicara dalam acara acara "lndonesia Clean Energy Outlook: Reviewing 2018, Outlooking 2019" di Graha Bimasena, Jakarta Selatan, Rabu, 19 Desember 2018.

Menurut data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik, pada November 2018, neraca perdagangan kembali mengalami defisit sebesar US$ 2,05 miliar. Defisit ini, menjadi catat buruk yang dicapai pemerintah sejak 2013.

Dalam catatan Badan Pusat Statistik, pangkal dari defisit tersebut adalah sektor minyak dan gas (migas). Di sektor ini, impor migas pada 2018 tercatat terus membesar hingga mencapai US$ 1,5 miliar. Adapun sepanjang Januari hingga November 2018, defisit mencapai US$ 12,15 miliar.

Sudirman menyesalkan langkah pemerintah yang baru mengeluarkan kebijakan mandatori B20 setelah kondisi nilai tukar rupiah memburuk. Padahal seharusnya sudah bisa diantisipasi oleh pemerintah. Sebabnya, sejak masa pemerintahan Orde Baru, seluruh ahli di bidang migas telah mengetahui bahwa di sektor energi ini akan terjadi kesenjangan antara produksi dengan konsumsi.

Dengan kondisi tersebut, ke depan lifting migas tentu akan berkurang sehingga bisa dipastikan kebutuhan akan minyak domestik harus disokong dari impor. Karena itu, ia menilai semestinya pemerintah telah mengetahui hal ini.

"Bukankah diketahui ketergantungan pada impor akan menyentuh kebijakan moneter dan neraca perdagangan. Harusnya pemerintah tahu mengenai hal ini," kata dia.

Sudirman Said yang kini menjabat Direktur Materi Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto - Sandiaga Uno ini juga mengatakan sebaiknya pemerintah mulai memikirkan untuk mengikuti tren pada energi terbarukan. Apalagi, ke depan, ruang gerak dirty energi dari migas diprediksi oleh banyak pihak akan semakin sempit ruang geraknya.

Berita terkait

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

1 hari lalu

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Baca Selengkapnya

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

2 hari lalu

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

Saham Freeport akhirnya 61 persen dikuasai Indonesia, berikut kronologi dari jatuh ke Bakrie sampai skandal Papa Minta Saham Setya Novanto.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

9 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

13 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

13 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

Sudirman Said Ajak Para Tokoh Bersatu Selesaikan Tantangan Pasca Pilpres 2024

14 hari lalu

Sudirman Said Ajak Para Tokoh Bersatu Selesaikan Tantangan Pasca Pilpres 2024

Setelah semua proses pilpres 2024 dan sidang sengketa di MK berakhir, kata dia, penting bagi para tokoh bangsa untuk berkumpul guna merumuskan solusi.

Baca Selengkapnya

Wamendag Optimistis Neraca Perdagangan Indonesia Tetap Surplus di Tengah Konflik Iran-Israel

16 hari lalu

Wamendag Optimistis Neraca Perdagangan Indonesia Tetap Surplus di Tengah Konflik Iran-Israel

Jerry Sambuaga optimistis neraca perdagangan Indonesia tetap surplus di tengah situasi geopolitik saat ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Indonesia Terancam Twin Deficit, Apa Itu?

17 hari lalu

Pengamat Sebut Indonesia Terancam Twin Deficit, Apa Itu?

Indonesia berisiko menghadapi kondisi 'twin deficit' seiring dengan menurunnya surplus neraca perdagangan.

Baca Selengkapnya

BI: Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Eksternal

50 hari lalu

BI: Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Eksternal

Bank Indonesia (BI) menilai surplus neraca perdagangan yang berlanjut pada Februari 2024 menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

Baca Selengkapnya

Sudirman Said: Korupsi Merajalela dan KPK Dilumpuhkan di Era Jokowi

56 hari lalu

Sudirman Said: Korupsi Merajalela dan KPK Dilumpuhkan di Era Jokowi

TImnas Amin menyinggung masalah-masalah yang terjadi selama pemerintahan Presiden Joko Widodo alias Jokowi.

Baca Selengkapnya