Prabowo Sebut RI Bakal Punah, Fahri Hamzah: Itu Bahas Ketimpangan
Reporter
Tempo.co
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 18 Desember 2018 16:24 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pidato calon presiden Prabowo Subianto kemarin di Konferensi Nasional Partai Gerindra yang menyebutkan Indonesia bisa punah diamini oleh wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fahri Hamzah. Fahri Hamzah menilai inti dari pidato itu sebetulnya membahas soal ketimpangan ekonomi.
Baca: Prabowo Sebut Pendapatan per Kapita Riil Hanya USD 1.300
Dalam kultwitnya dengan disertai hashtag #NegaraBisaPunah, Fahri Hamzah menyinggung beberapa hal terkait ekonomi. "Di masyarakat awan, belum terlalu dipahami bahwa antara Ketimpangan ekonomi dan Negara Punah ada hubungannya. Itulah sebabnya pidato @prabowo bukan membawa kajian yang serius malah dicibir," ujarnya seperti dikutip dari cuitannya melalui akun Twitter @Fahrihamzah, Selasa 18 Desember 2018.
Fahri Hamzah menyebutkan pernyataan Prabowo sangat relevan dengan kondisi saat ini dan sangat mewakili suatu kecemasan. "Beliau adalah anak begawan ekonomi Prof. Sumitro Djoyohadikusumo dan keluarga yang sangat 'melek' dengan ekonomi suatu negara," ucap politikus PKS tersebut.
Menurut Fahmi Hamzah, ketimpangan akibat penguasaan elit ekonomi dan politik atas kekayaan negara harus dihentikan jika kita tidak mau menjadi negara gagal. "Reformasi dan pembenahan institusi ekonomi dan politik menjadi mutlak dilakukan. Agar kekuatan dan kekayaan tersebar merata," katanya.
Setidaknya ada tiga buku, kata Fahri Hamzah, yang telah mengulas teoritis dan empiris kesenjangan sampai pada gagalnya sebuah negara. Ketiga buku itu adalah Capital in the 21st Century yang ditulis oleh Thomas Piketty, The Price of Inequality (Joseph E. Stiglitz), Why Nation fail (Daron Acemoglu dan James Robinson).
Pidato Prabowo tentang kesenjangan dan kepunahan negara, menurut Fahri Hamzah, sebagai kondisi yang berlaku global. "Sudah disuarakan intelektual kelas dunia. Setidaknya ada 3 buku penting yg ditulis oleh para pakar pembangunan tentang betapa pentingnya dan relevannya isu itu," katanya.
Meski belum membuat kajian khusus tentang kerawanan yang dapat mengancam ke arah kepunahan negara, Fahri mengaku telah menemukan fakta bahwa akar ketimpangan ekonomi yang terjadi cukup mengkhawatirkan. "Memang bangsa kita punya Daya tahan. Tapi waktu bisa punya kehendak lain."
Fahri Hamzah menyebutkan dirinya pernah menulis menulis buku untuk melacak akar kemiskinan di rakyat. "Dan mengapa kita bisa disebut belum sejahtera," ujarnya. Ia mengaku studinya dibantu beberapa staf di koordinator kesra pimpinan DPR. "Tidak saya mencoba melakukan kritik teori tapi juga evaluasi statistik," ucapnya.
<!--more-->
Lebih jauh Fahri Hamzah menjelaskan, waktu dan sejarah mengajarkan bahwa imperium, kerajaan dan negara datang silih berganti, bangkit dan tumbang oleh waktu. Salah satu sebabnya, adalah soal ketimpangan ekonomi yang makin besar.
Oleh karena itu, Fahri Hamzah menyebutkan, ketika Prabowo mengatakan perekonomian nasional dikuasai segelitir elit, hal tersebut sangat masuk akal. "Dan gejala ini bukan hanya terjadi di Indonesia, ini sudah menjadi isu dan permasalahan global. Sudah banyak elit dan para intelektual bicara tentang ini."
Selain menyebut soal negara Indonesia bisa punah jika pihaknya kalah dalam pemilihan presiden di 2019, pidato Prabowo yang berkembang viral sejak kemarin itu juga mempersoalkan tentang angka pendapatan per kapita. Mengutip dari para ahli ekonomi, Prabowo menyebutkan, pendapatan per kapita saat ini sebesar US$ 4.000 per tahun.
"Tapi dari 4.000 itu, sekitar 49 persen, setengahnya dikuasai oleh satu persen rakyat kita," ujar Prabowo saat Konferensi Nasional Partai Gerindra di Sentul, Senin, 17 Desember 2018. "Jadi kalau kita cabut yang satu persen, kekayaan penghasilan kita setahun tinggal setengahnya yaitu 1.900. Itu kata penasehat saya Pak Fuad Bawazier."
Jadi menurut dia, penghasilan per kapita saat ini hanya separuh dari US$ 3.800 yakni kurang lebih US$ 1.900. "Artinya dibagi rata. Tapi 1.900 dipotong lagi utang. Iya, kita semua punya utang," ucap Prabowo.
Prabowo lantas mencontohkan utang negara itu harus ditanggung oleh setiap warga. "Bahkan anakmu baru lahir, punya utang. Utangnya kurang lebih, US$ 600. Jadi iya, utang kamu itu US$ 600, sekitar Rp 9 juta," katanya. "Anakmu baru lahir, utang sudah 9 juta. Jadi kekayaan kita sebenarnya hanya 1.300 dolar per kapita."
Badan Pusat Statistik atau BPS pada awal Februari 2018 lalu mengumumkan kinerja perekonomian Indonesia tahun 2017. Saat itu disebutkan berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 13.588,8 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp 51,89 juta atau US$ 3.876,8.
Baca: Sandiaga Uno dan Gerindra Buka Suara Soal Iklan yang Tuai Kritik
BPS menyebut perekonomian Indonesia tahun 2017 itu tumbuh 5,07 persen lebih tinggi dibanding capaian tahun 2016 sebesar 5,03 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 9,81 persen. Sementara dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 9,09 persen.
Simak berita lainnya terkait Prabowo hanya di Tempo.co.
BUDIARTI UTAMI PUTRI