2019, Tren Suku Bunga Naik Belum Berpengaruh ke Properti Karena..

Senin, 10 Desember 2018 11:59 WIB

Para agen penjual rumah tengah menawarkan rumah tinggal pada pameran Properti di sebuah Mall kawasan Jakarta, 21 Maret 2018. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah kalangan memperkirakan tren kenaikan suku bunga acuan dalam negeri yang bakal masih berlanjut hingga tahun depan tidak akan berdampak signifikan kepada sektor properti.

Baca: Rumah.com: Pasar Properti 2019 Diprediksi Stabil meski Pilpres

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA, David E. Sumual mengungkapkan sebenarnya semua sektor akan terdampak dengan adanya kenaikan suku bunga. Namun, sektor yang memiliki dampak langsung adalah properti. "Tidak semua segmen properti (yang terdampak kenaikan suku bunga). Hanya yang pembeliannya terkait investasi," katanya, Ahad, 9 Desember 2018.

Sementara itu, segmen properti seperti rumah tinggal dan apartemen untuk kelompok masyarakat berpenghasilan menegah ke bawah akan tetap diminati. Hal tersebut didasari oleh masih cukup besarnya backlog perumahan di dalam negeri, yakni 13 juta rumah.

Dengan demikian, pembelian properti yang sifatnya konsumsi masih akan tetap tumbuh dengan baik. Umumnya, David melihat pembelian properti dengan tujuan konsumsi tidak sensitif terhadap suku bunga.

Advertising
Advertising

Adapun, pembelian properti dengan tujuan investasi akan cenderung wait and see pada tahun depan. Namun, dia yakin kondisi tersebut akan berangsur hilang. Pasalnya, kondisi pasar properti di dalam negeri masih cenderung sehat dibandingkan pasar di Cina. Sekitar 24 persen rumah yang dibangun Cina kosong, tanpa pemilik, sehingga pemerintahnya harus memberikan insentif.

Direktur Riset CORE Indonesia Piter R. Abdullah mengungkapkan sektor properti memang akan terpengaruh dengan kenaikan suku bunga. Namun, dia melihat kenaikan suku bunga BI belum terlalu tinggi sehingga pengaruh kepada penyaluran kredit belum signifikan, termasuk di sektor properti.

"Penyaluran kredit masih lebih dominan dipengaruhi oleh permintaan yang ditentukan oleh ekspektasi dan kondisi makro termasuk diantaranya harga komoditas dan pertumbuhan ekonomi," ujar Piter.

Meski begitu, Piter mengkhawatirkan kemampuan kelompok masyarakat menegah bawah dalam membeli rumah. Ia menilai kelompok ini akan menahan pembelian sehingga berpengaruh kepada permintaan kredit properti.

Baca: Perumahan Bersubsidi Diprediksi Topang Pertumbuhan Properti 2019

Oleh karena itu, untuk menjaga sentimen di pasar properti, BI memang harus melonggarkan kebijakan makroprudensialnya melalui instrumen LTV (loan to value). "Kalau tidak, perbankan kita akan semakin sulit. Demand yang rendah dan likuditas yang sempit," ucap Piter.

BISNIS

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

1 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

1 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

1 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

17 Sekolah Bakti BCA Berhasil Tingkatkan Mutu dan Siap Naik Kelas

2 hari lalu

17 Sekolah Bakti BCA Berhasil Tingkatkan Mutu dan Siap Naik Kelas

BCA menggelar rangkaian Appreciation Day Sekolah Bakti BCA bertema "Building Better Future: Nurturing Dreams, Growing Leaders

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

2 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

2 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

10 Cara Mengatasi M-Banking BCA Error, Salah Satunya Restart HP

2 hari lalu

10 Cara Mengatasi M-Banking BCA Error, Salah Satunya Restart HP

Berikut ini cara mengatasi M-Banking BCA error yang tidak bisa diakses di ponsel Android maupun iOS Apple. Bisa dengan menguninstall hingga hapus cach

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

3 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

4 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

4 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya