Tiga Jurus Strategi Bank Indonesia Intervensi Rupiah

Sabtu, 8 Desember 2018 06:00 WIB

Warga mengikuti sosialisasi ciri keaslian Rupiah di Kota Langgur, Maluku Tenggara, Maluku, 5 November 2018. Bank Indonesia menerima penukaran uang lama atau uang lusuh dengan kualitas fisik 3/4 bagian yang utuh. Artinya, bila ada uang kertas yang robek dalam 1/4 bagiannya, masih bisa ditukar ke uang baru. ANTARA FOTO/Kornelis Kaha

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) terus berupaya menjaga nilai tukar rupiah menjelang 2019. Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menuturkan lembaganya menyiapkan tiga strategi intervensi agar pergerakan kurs dapat stabil. Pertama melalui intervensi di pasar Surat Berharga Negara (SBN), pasar valuta asing (valas), hingga melalui mekanisme baru Domestic Non Deliverable Forward (DNDF).

Simak: Bank Indonesia: Pelemahan Rupiah karena Sentimen Global

“Kami akan terus berada di pasar untuk memastikan mekanisme pasar berjalan dengan baik,” ujarnya, kepada Tempo, Jumat 7 Desember 2018.

Dody menjelaskan bank sentral berkomitmen untuk semakin memperkaya instrumen lindung nilai (hedging) dengan harga yang lebih murah, seperti swap hedging. “Dan dengan diluncurkannya DNDF juga akan memperluas opsi pelaku pasar untuk mengelola kebutuhan valas-nya,” katanya.

Lelang transaksi DNDF untuk pertama kali telah dibuka pada pertengahan November lalu, yang ditargetkan dapat meraup transaksi hingga US$ 100 juta. Dengan transaksi ini diharapkan rupiah dapat menguat, dan investor juga perbankan dapat terlindungi dari risiko nilai tukar.

Advertising
Advertising

Dody menambahkan BI juga akan memperluas dan memperkuat kerja sama bilateral swap antara mata uang lokal dengan sejumlah negara. Terakhir, bank sentral telah bekerja sama dengan Bank of Thailand dan Bank Negara Malaysia untuk memfasilitasi perdagangan dan investasi antar pelaku ekonomi kedua negara tersebut. “Transaksi akan menggunakan mata uang lokal masing-masing sehingga kebutuhan terhadap dolar AS dapat dikurangi.”

Kurs rupiah sebenarnya telah mengalami penguatan dalam sebulan terakhir. Hal itu ditopang oleh kondisi eksternal yang perlahan mereda seperti penangguhan perang dagang Cina dan AS untuk sementara. Selain itu, aliran modal asing juga perlahan kembali masuk (capital inflow) ke pasar keuangan domestik.

Terbukti, cadangan devisa pada November lalu tercatat meningkat dari US$ 115,2 miliar menjadi US$ 117,2 miliar. Adapun BI dalam rapat dengan Badan Anggaran DPR beberapa waktu lalu memproyeksikan kurs rupiah sepanjang tahun depan akan berada di kisaran Rp 14.800 – 15.200 per dolar AS.

Meskipun kondisi eksternal secara umum cenderung membaik, Dody mengatakan bank sentral akan tetap waspada terhadap risiko di tengah ketidakpastian yang masih tinggi. “Pergerakan nilai tukar jika dilihat secara harian tentunya akan kental dengan dinamika sentiment pasar, untuk melihat gambaran yang lebih utuh perlu melihat pergerakan rupiah dalam horizon yang lebih panjang,” katanya.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual memprediksi kurs rupiah di 2019 akan stabil di level Rp 14.000 – 15.000 per dolar AS. Angka tersebut menurut dia, masih cukup sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar keuangan hingga pelaku sektor riil seperti eksportir dan importir.

“Tantangannya tahun depan ada dari perang dagang yang mungkin berlanjut, lalu kenaikan bunga acuan The Fed, volatilitas harga komoditas, dan dari internal ada defisit neraca transaksi berjalan (CAD),” ujarnya. David pun mengingatkan bank sentral untuk tetap mewaspadai tingkat inflasi di 2019.

David menambahkan di satu sisi BI dinilai telah memiliki cukup persiapan untuk mengantisipasi kemungkinan sengitnya perebutan dolar AS tahun depan. “BI sudah siapkan banyak buffer berupa perjanjian swap valas dengan banyak negara, ini bisa menambah confidence pelaku pasar karena ini bisa diakses sewaku-waktu kalau kita butuh likudiitas valas,” katanya.

Bank sentral pun diharapkan dapat berhati-hati dalam melakukan intervensi yang mengandalkan cadangan devisa. “Karena tantangan ke depan masih cukup besar, jadi harus intervensi dengan terukur melihat kondisi terkini.” Adapun BI telah meneken kerja sama bilateral swap di antaranya dengan Cina senilai US$ 30 miliar, Jepang senilai US$ 22,76 miliar, dan Singapura senilai US$ 10 miliar.

Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana mengungkapkan prediksi rupiah di 2019 pada awal tahun akan bergerak di posisi Rp 14.725 per dolar AS, sedangkan di akhir tahun melemah ke Rp 14.820 per dolar AS. “Posisi rupiah juga masih akan cenderung melemah seiring dengan kondisi surat utang pemerintah dalam portofolio investasi yang melambat, juga neraca perdagangan ekspor-impor yang masih defisit.”

Simak berita tentang Bank Indonesia hanya di Tempo.co

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

8 jam lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

1 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

1 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

1 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

1 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

1 hari lalu

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

AdaKami akan berfokus pada pendanaan untuk usaha mikro dan kecil.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

1 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

1 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

2 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

2 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya