BI Paparkan Sejumlah Faktor Pemicu Penguatan Kurs Rupiah

Jumat, 30 November 2018 09:59 WIB

Seorang karyawan money changer menghitung uang kertas Rupiah, di Jakarta, 15 Desember 2014. Adek Berry/AFP/Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia memaparkan faktor-faktor yang membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat dalam beberapa waktu belakangan ini. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsah menyebutkan, salah satu pemicunya adalah pernyataan Chairman Federal Reserve, Jerome Powell.

Baca: Faisal Basri Sebut Rupiah Menguat Karena Banyaknya Utang

"Jerome Powell memperlunak pandangannya (stance) suku bunga kebijakan The Fed yang dipandang sudah berada sedikit di bawah kisaran suku bunga neutral," kata Nanang dalam pesan Whatsapp, Kamis malam, 29 November 2018.

Menurut Nanang pernyataan Powell tersebut semakin memperkuat keyakinan pasar, bahwa trend kenaikan Fed Funds Rate sudah mendekati akhir. Setelah kenaikan di bulan Desember nanti, kata Nanang, pasar memperkirakan hanya ada satu kali kenaikan di tahun 2019.

Nanang melihat pasar juga optimis dengan semakin terbukanya kesepakatan dagang antara AS dan Cina, yang akan di negoisasikan di antara kedua Pimpinan negara itu pada pertemuan KTT G20 di Argentina.

Advertising
Advertising

Dia juga melihat dua faktor global utama, yaitu ekspektasi kenaikkan suku bunga the Fed dan tensi perang dagang yang terus memanas, yang selama April - September 2018 terus menekan rupiah. Namun pada saat ini, sudah memberikan iklim yang lebih kondusif bagi terciptanya stabilitas nilai tukar rupiah. "Dengan tidak tertutup kemungkinan akan membuat rupiah semakin menguat," ujar Nanang.

Faktor positif lainnya, kata Nanang adalah terus merosotnya harga minyak mentah dunia, yang sudah menyentuh US$ 50 per barel, yang dapat mengurangi tekanan pada defisit neraca perdagangan migas Indonesia ke depan.

Menurut Nanang, BI mencermati dampak dari dinamika global yang terjadi dan berdampak terhadap penguatan rupiah. Dia melihat masih ada ruang yang besar bagi penguatan rupiah lebih lanjut. Hal ini karena rupiah sempat melemah cukup tajam selama 2018, sehingga penguatan saat ini masih cukup wajar.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat kemarin. Dalam situs resmi Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR tercatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di angka Rp 14.408 pada 29 November 2018.

Angka tersebut menunjukkan penguatan 127 poin dari nilai sebelumnya yang sebesar Rp 14.535 pada 28 November 2018. Sedangkan pada 28 November 2018, kurs jual US$ 1 terhadap rupiah, yaitu Rp 14.608 dan kurs beli Rp 14.462.

Baca: Darmin Nasution: Masih Ada Ruang untuk Penguatan Rupiah

Angka kurs rupiah Rp 15 ribu per dolar AS pertama kali terjadi pada 3 Oktober 2018. Sedangkan pada pergerakan Jumat, 2 November kembali menyentuh Rp 14 ribu.

Berita terkait

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

2 hari lalu

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

2 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

2 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

2 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

2 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

2 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

2 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

3 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

4 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Astra Tebar Dividen Rp 21 T

5 hari lalu

Terkini Bisnis: Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Astra Tebar Dividen Rp 21 T

Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada levep Rp 16.259 per dolar AS pada perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya