Bank Indonesia Klaim Rp 25 Triliun Dana Asing Kembali Masuk RI

Rabu, 21 November 2018 15:01 WIB

Ilustrasi mata uang asing. (Euro, dolar Hong Kong, dolar A.S., Yen Jepang, Pounsterling Inggris, dan Yuan Cina). REUTERS/Jason Lee

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo, menyampaikan bahwa kepercayaan investor asing pada November 2019 ini mulai menunjukkan tren yang positif. Sejak awal hingga Senin, 12 November 2018, dana asing yang masuk ke Indonesia sudah mencapai kisaran Rp 24-25 triliun.

Baca: Indonesia-Cina Sepakati Bilateral Currency Swap US$ 20 miliar

Dana asing ini masuk ke berbagai sektor, mulai dari Surat Utang Negara atau SUN maupun saham di pasar modal. "Ini berbalik dari bulan Oktober yang mengalami outflow (dana asing keluar)," kata Dody dalam diskusi di Jakarta Selatan, Rabu, 21 November 2018. Tren yang sama, kata dia, juga terjadi di beberapa negara lain yang mengalami krisis seperti Turki dan Argentina.

Persoalan dana asing ini sebelumnya menjadi catatan dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan sepanjang pertengahan tahun ini. Direktorat mencatat jumlah dana asing di Surat Berharga Negara atau SBN telah berkurang sebesar Rp 10,31 triliun menjadi Rp 848,48 triliun per 26 April 2018. Namun, secara year to date, asing masih mencatatkan net buy sebesar Rp 16,61 triliun.

Sementara itu di pasar modal, Rp 54,6 triliun dana asing telah keluar dari Indonesia sejak awal tahun hingga akhir Oktober 2018. Namun, angka ini tidak sebanding dengan dana asing yang masuk lewat instrumen Surat Berharga Negara (SBN) yang hanya mencapai Rp 22,97 triliun. Sehingga aliran dana keluar masih tetap lebih besar ketimbang dana yang masuk.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso melihat aksi lepas saham yang dilakukan investor asing di pasar saham dan obligasi dalam beberapa hari terakhir merupakan hal yang wajar terjadi di pasar modal. Ia mengatakan aksi investor asing ini murni disebabkan karena faktor eksternal, terutama sentimen perang dagang yang kini melibatkan AS-China dan AS-Turki, serta normalisasi suku bunga acuan di Negeri Paman Sam tersebut.

Advertising
Advertising

Walau demikian, kata Dody, tren positif ini tetap menunggu menunggu pembahasan terkini dari kebijakan perdagangan negara-negara besar dunia. Sebab, saat ini Cina dan negara-negara di Eropa tengah memasuki era perlambatan ekonomi. "Bahkan untuk pertama kalinya, Cina mengalami defisit transaksi berjalan pertama dalam 20 tahun terakhir," ujarnya.

Maka untuk merespon isu dana asing dan perkembangan ekonomi global ini, Dody menyebut bahwa Bank Indonesia akan mengumumkan outlook ekonomi 2019 pada minggu depan. Pengumuman soal outlook ini tidak hanya berkisar pada dana asing, perlambatan ekonomi Cina, namun juga normalisasi suku bunga di Eropa yang mau tak mau, akan berdampak pada negara berkembang seperti Indonesia.

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

21 jam lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

1 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

1 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

2 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

2 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

2 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

3 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

4 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

5 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

6 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya