Kemenperin: Industri Rokok Tak Full Dikuasai oleh Investor Asing

Senin, 19 November 2018 15:14 WIB

Ilustrasi pabrik rokok kretek. TEMPO/Aris Novia Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah punya alasan tersendiri untuk mengeluarkan industri rokok dari daftar negatif investasi (DNI). Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar, Kementerian Perindustrian, Abdul Rochim menjelaskan kebijakan soal industri rokok yang dikeluarkan dari DNI, tidaklah seutuhnya.

Baca: Produksi Rokok Sejak Awal Tahun Terus Turun, Ini Sebabnya

Abdul menyebutkan, khusus untuk industri rokok hanya dibuka sebagian untuk investasi asing. Hal ini untuk mendukung ekspor Indonesia. "Saat ini industri rokok masih masuk DNI, di aturannya tidak 100 persen dibuka," ujar Abdul saat dihubungi Tempo, Senin, 19 November 2018.

Dengan dikeluarkannya industri rokok dari DNI, kata Abdul, akan mempermudah investor asing untuk menanamkan modal di dalam negeri. Selain itu, hal tersebut akan menggenjot ekspor tembakau Indonesia ke luar. Selama ini, investor sulit masuk ke industri rokok karena adanya DNI.

Pernyataan Abdul merespons pernyataan Menko Perekonomian yang merevisi Peraturan Presiden No. 44 Tahun 2016 tentang bidang usaha tertutup dan bidang usaha terbuka dengan persyaratan di penanaman modal. Dengan revisi kebijakan itu, akan terdapat 54 bidang usaha yang dikeluarkan dari DNI.

Advertising
Advertising

Tujuan paket kebijakan ini untuk menekan buruknya neraca berjalan yang terus defisit pada tiga triwulan terakhir. Pemerintah berharap dengan pelonggaran (relaksasi) aturan semacam ini, aliran modal asing ke 54 sektor tersebut akan semakin besar dan bisa menyelamatkan defisit neraca berjalan.

Sementara itu, Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia atau YLKI, Tulus Abadi mengatakan dengan dikeluarkannya industri rokok dari DNI, akan mengakibatkan pelarian modal ke luar negeri. "Akan terjadi pencaplokan industri rokok nasional oleh industri rokok asing,' ujarnya.

Selain itu, Tulus menambahkan, di sektor kesehatan, konsumsi rokok menyumbang signifikan untuk penyakit katastropik. Penyakit tersebut yang akan menjebol finansial BPJS, karena semakin banyaknya masyarakat yang terjangkit katastropik.

Baca: YLKI Kecewa Pemerintah Jokowi Tunda Kenaikan Cukai Rokok

Dibukanya DNI untuk industri rokok, kata Tulus, merupakan hal yang kontradiktif dengan visi Nawa Cita yang diusung Presiden Jokowi, yakni meningkatkan sumber daya manusia dan derajat kesehatan rakyat. "Jangan jadikan masyarakat sebagai tumbal atas kegagalan mengelola perekonomian negara," kata Tulus.

Berita terkait

Jelang Singapore International Water Week, Kadin: Masih Banyak Populasi di RI yang Tak Punya Akses Air Bersih

15 jam lalu

Jelang Singapore International Water Week, Kadin: Masih Banyak Populasi di RI yang Tak Punya Akses Air Bersih

Kadin menggelar panel diskusi sebagai rangkaian dari SIWW 2024. Akses terhadap air bersih masih menjadi tantangan sejumlah wilayah di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ceria Berkomitmen Kembangkan Industri Nikel Berkelanjutan

16 jam lalu

Ceria Berkomitmen Kembangkan Industri Nikel Berkelanjutan

Ceria menegaskan komitmennya dalam mendukung industri nikel berkelanjutan dan memperkuat posisinya dalam rantai pasokan global baterai EV.

Baca Selengkapnya

BRI Danareksa dan Succor AM Jalin Kerja Sama, Bidik Kenaikan AUM 50 Persen

17 jam lalu

BRI Danareksa dan Succor AM Jalin Kerja Sama, Bidik Kenaikan AUM 50 Persen

Sucor Aset Management menjalin kerja sama dengan BRI Danareksa Sekuritas untuk distribusi produk investasi reksa dana. Seperti apa targetnya tahun ini

Baca Selengkapnya

CIMB Niaga Gandeng Principal Indonesia, Luncurkan Reksa Dana Syariah Berdenominasi Dolar AS

17 jam lalu

CIMB Niaga Gandeng Principal Indonesia, Luncurkan Reksa Dana Syariah Berdenominasi Dolar AS

Bank CIMB Niaga bekerja sama dengan Principal Indonesia untuk meluncurkan Reksa Dana Syariah Principal Islamic ASEAN Equity Syariah.

Baca Selengkapnya

IPA Convex ke-48 Dihelat Pekan Depan, Ingin Menarik Kembali Investasi Migas ke Indonesia

17 jam lalu

IPA Convex ke-48 Dihelat Pekan Depan, Ingin Menarik Kembali Investasi Migas ke Indonesia

IPA Convex ke-48 bertema Gaining Momentum to Advice Sustainable Energy Security in Indonesia and The Region.

Baca Selengkapnya

Tak Ingin Pikun Usia Muda? Lakukan Tips Berikut

20 jam lalu

Tak Ingin Pikun Usia Muda? Lakukan Tips Berikut

Gaya hidup membantu untuk mengurangi resiko pikun sampai demensia alzheimer.

Baca Selengkapnya

Eks Menteri Keamanan Panama Menang Pilpres dengan Dukungan Mantan Presiden

23 jam lalu

Eks Menteri Keamanan Panama Menang Pilpres dengan Dukungan Mantan Presiden

Eks menteri keamanan Panama memenangkan pilpres setelah menggantikan mantan presiden Ricardo Martinelli dalam surat suara.

Baca Selengkapnya

Pabik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin: Rugi atau Strategi Bisnis?

1 hari lalu

Pabik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin: Rugi atau Strategi Bisnis?

Kementerian Perindustrian mengaku belum mengetahui penyebab tutupnya pabrik sepatu Bata di Purwakarta, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Kemenperin akan Panggil Manajemen Sepatu Bata, Zulhas Sebut Pelaku Usaha Jastip Wajib Ikut Aturan

1 hari lalu

Terpopuler: Kemenperin akan Panggil Manajemen Sepatu Bata, Zulhas Sebut Pelaku Usaha Jastip Wajib Ikut Aturan

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan memanggil manajemen PT Sepatu Bata Tbk., imbas penutupan pabrik alas kaki itu di Purwakarta, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Luhut Punya Kabar Baru Soal Rencana Investasi Tesla di Indonesia

1 hari lalu

Luhut Punya Kabar Baru Soal Rencana Investasi Tesla di Indonesia

Selain Indonesia, ada negara-negara lain yang membujuk Tesla untuk berinvestasi.

Baca Selengkapnya