Indef Ingatkan Inflasi Rendah juga Tunjukkan Kemampuan Daya Beli

Jumat, 16 November 2018 17:19 WIB

Aktivitas perdagangan kebutuhan bahan pokok di kawasan Pasar Senen, Jakarta, 28 Maret 2018. Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita memastikan stok pangan aman dan harga terkendali menjelang bulan Ramadhan yang jatuh pada Mei dan Lebaran pada Juni 2018. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Direktur Institute Development of Economics and Financial atau Indef Eko Listiyanto mengatakan tingkat inflasi yang dijaga rendah di bawah angka 3,5 persen bukan karena keberhasilan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Eko mengatakan, inflasi yang rendah tersebut terjadi karena daya beli yang juga rendah.

Baca: Jokowi: Percuma Ekonomi Tumbuh tapi Inflasi Tinggi, Rakyat Tekor

Kebijakan pengendalian harga oleh pemerintah untuk menjaga inflasi yang rendah baru bisa dikatakan berhasil jika beriringan dengan laju pertumbuhan ekonomi yang meningkat. "Masalahnya, inflasi yang rendah saat ini tidak diikuti dengan pertumbuhan ekonomi yang akseleratif," kata Eko di Jakarta, Kamis, 15 November 2018.

Merujuk data Badan Pusat Statistik atau BPS, inflasi pada Oktober 2018 mencapai 0,28 persen. Sedangkan inflasi tahun kalender atau year on year mencapai angka 3,16 persen sedangkan inflasi dari Januari-Oktober 2018 mencapai 2,22 persen.

Angka ini masih berada di bawah hitungan pemerintah yang menginginkan angka inflasi bisa dijaga di angka 3,5 persen. Adapun, pemerintah sejak tahun 2014 telah mencatatkan prestasi lewat angka inflasi yang dijaga rendah di bawah angka 3,5 persen.

Advertising
Advertising

Sedangkan pertumbuhan ekonomi tercatat tak pernah melampaui angka 5,3 persen secara year on year sejak 2015. Terakhir pertumbuhan ekonomi berada pada angka 5,17 persen secara year on year dalam rilis data BPS pada awal November 2018.

Eko mengatakan kondisi tersebut juga dikuatkan dengan data tren dunia seperti di beberapa negara Asean dan juga China. Merujuk data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia misalnya, menunjukkan bahwa inflasi di Thailand 1,5 persen, Malaysia mencapai 0,5 persen, Vietnam 3,88 persen China mencapai 2,30 persen di kuartal ke III.

Namun, dari masing-masing negara tersebut juga memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan. Seperti Thailand di angka 4,6 persen, Malaysia 4,5 persen dan Vietnam dengan angka 6,88 persen hingga semester pertama.

Selain itu, Eko menerangkan, salah satu hal yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang stagnan ini karena inflasi paling signifikan terjadi pada sektor volatile food atau barang bergejolak. Hal ini terlihat salah satunya, dari proporsi pengeluaran masyarakat miskin yang memakai penghasilannya sebesar 70-75 persen hanya untuk membeli bahan pangan.

Padahal, salah satu mesin pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah konsumsi rumah tangga. Dengan demikian, daya beli yang terus terkoreksi tersebut akan terus menggerogoti pertumbuhan ekonomi.

Baca: Di Depan Jokowi, Gubernur BI Paparkan 4 Strategi Jaga Inflasi

"Karena itu pemerintah perlu mengamankan harga pangan agar daya beli tidak stagnan. Sekaligus mendorong sektor non pangan untuk ikut tumbuh," kata dia.

Simak berita menarik lainnya terkait inflasi hanya di Tempo.co.

Berita terkait

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

5 jam lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

20 jam lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

23 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

1 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

1 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

1 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

3 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Harga Pangan Diklaim Normal, Zulhas: Kalau Terlalu Murah Petaninya Bangkrut

4 hari lalu

Harga Pangan Diklaim Normal, Zulhas: Kalau Terlalu Murah Petaninya Bangkrut

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengklaim sejumlah harga pangan telah berangsur normal. Yang mahal tinggal gula pasir.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

7 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

8 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya