Penguatan Dolar, Bank Indonesia: Ini Semua Ekonomi, Bukan Politik

Jumat, 16 November 2018 15:35 WIB

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara. TEMPO/Seto Wardhana

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan ekonomi Indonesia banyak terpengaruh dengan suku bunga acuan Amerika Serikat. Hal itu kata Mirza dilihat dari 2000 sampai 2018.

Simak: Bank Indonesia: Transaksi Modal dan Finansial Surplus USD 4,2 M

Mirza mengatakan pada 2001 suku bunga AS turun, karena menara World Trade Center di New York di-bom, suku bunga Indonesia turun, kurs bisa menguat. Pada 2004-2005 suku bunga AS mulai naik. Mirza mengatakan saat itu kurs rupiah mulai lemah, karena itu suku bunga terpaksa naik. Menurut Mirza pada 2009 pada waktu AS turunkan ke 0,25, karena krisis global, suku bunga Indonesia bisa turun, kurs rupiah bisa menguat.

"Ternyata korelasinya kuat, nothing to do dengan presidennya siapa," kata Mirza di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Jumat, 16 November 2018.

Sedangkan saat 2018, kata Mirza, arus modal yang mulai mengetat karena kesalahan respons pasar dalam memprediksi suku bunga acuan The Fed yang naik hanya dua kali, padahal sinyal kenaikan suku bunga The Fed empat kali. Sehingga, kata Mirza mereka harus melakukan penyesuaian dengan mengalirkan modalnya kembali ke AS.

Advertising
Advertising

"Fed bilang naik empat kali, market bilang dua kali. Yang benar kemudian kan The Fed. Fed tetep naik empat kali, marketnya kemudian menyesuaikan diri, itu terjadi penguatan dolar. Ini semua ekonomi bukan politik," ujar Mirza.

Lebih lanjut Mirza mengatakan sebagai negara yang masih mengalami defisit neraca perdagangan barang dan jasa, Indonesia masih membutuhkan devisa dari negara asing, khususnya dolar AS. Karena itu, kata Mirza, pergerakan kurs lebih dipengaruhi pergerakan suku bunga AS maupun perekonomiannya.

Menurut Mirza yang menjadi penyebab saat suku bunga acuan bank sentral AS mulai terus merangkak naik sejak 2015 hingga 2017, sedangkan suku bunga acuan Bank Indonesia justru turun, itu dikarenakan keberhasilan Indonesia mengendalikan inflasi yang turun ke 3 persen. Juga, kata Mirza, defisit transaksi berjalan yang berhasil kendalikan dari di atas 4 persen diharapkan bisa di bawah 2 persen dari produk domestik bruto.

Berita terkait

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

6 jam lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

2 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

2 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

3 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

3 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

3 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

4 hari lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

5 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya