Bappenas: Industri Perikanan Bisa Turunkan CAD Lewat Ekspor Ikan

Rabu, 14 November 2018 13:01 WIB

Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Bambang Brodjonegoro bersama para pengurus ISEI usai bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di kantor wakil presiden, Jakarta, 30 Juli 2018. Tempo / Friski Riana

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro menginginkan industri di sektor perikanan dan kelautan bisa membantu pengurangan current account defisit (CAD) atau defisit transaksi berjalan. Dia mengatakan hal yang bisa dilakukan secara cepat adalah dengan meningkatkan ekspor ikan segar.

Baca juga: Kadin: Kuatkan Industri Kelautan dan Perikanan dl RPJMN 2020-2024

"Industri ini bisa membantu mengurangi CAD misal dengan cara menaikkan ekspor ikan segar. Diharapkan, nanti bisa mengkompensasi defisit minyak dan gas," kata Bambang dalam pidatonya di acara "Sumbang Pemikiran Kadin untuk RPJMN 2020-2024 dalam Peningkatan Industri Kelautan dan Perikanan" di Kantor Bappenas, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 14 November 2018.

Merujuk pada Laporan Neraca Pembayaran Indonesia Kuartal III, yang dirilis Bank Indonesia, CAD pada kuartal ini mencapai angka 3,37 persen atau senilai USD 8,8 miliar. Angka itu meningkat jika dibandingkan pada kuartal sebelumnya yang mencapai 3,02 persen.

Adapun, dari kuartal I hingga III, secara kumulatif CAD telah mencapai angka 2,86 persen. CAD yang jeblok tersebut salah satunya disumbang oleh membengkaknya neraca perdagangan minyak dan gas (migas) akibat meningkatnya impor di tengah harga yang melambung.

Selain itu, Bambang berharap ke depan, industri perikanan dan kelautan mampu bertransformasi ke sektor yang lebih memberikan nilai tambah, seperti manufaktur dan jasa. Dalam hal ini, produk-produk yang dihasilkan dan berorientasi ekspor bukan hanya sebatas barang atau bahan mentah saja.

Bambang, menyebutkan Indonesia bisa mencontoh Thailand yang juga memiliki surplus CAD lewat mengembangkan industri olahan makanan dan minuman. Apalagi, Indonesia juga punya potensi serupa jika dilihat dari nilai ekspor yang besar senilai USD 10,88 miliar di sektor industri olahan.

Belum lagi, Indonesia memiliki potensi yang besar karena memiliki sumber daya yang cukup dengan luas lautan di Zona Ekonomi Eksklusif. "Jadi kalau ada udang kalengan, abalone kalengan, crab kalengan, bisa dapat ekonomi dengan nilai lebih dari sumber daya lautnya," kata Bambang.

Bambang berharap, selain membantu mengurangi defisit transaksi berjalan, ke depan industri kelautan dan perikanan mampu membantu menyelesaikan persoalan sosial. Misalnya, dengan cara memberikan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan dan juga ketimpangan sosial dengan hadirnya industri ini.

Berita terkait

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

3 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

6 hari lalu

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Kolaborasi LPIE dengan institusi pemerintahan membawa mitra binaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) LPEI untuk pertama kalinya menembus pasar ekspor ke Kanada.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

6 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

6 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

6 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun

7 hari lalu

Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun

Atase Perdagangan Kairo, M Syahran Bhakti berharap eksportir kopi Indonesia dapat memenuhi permintaan dari Mesir pada 2024 ini di atas Rp 1,5 triliun.

Baca Selengkapnya

Demi Lobster Kawan Vietnam

7 hari lalu

Demi Lobster Kawan Vietnam

Pemerintah membuka kembali keran ekspor lobster dengan syarat para pengusaha membudidayakannya di sini atau di Vietnam-tujuan utama ekspor lobster.

Baca Selengkapnya

Kemendag Dorong Produk Pertanian Indonesia Masuk Pasar Australia, Manggis Paling Diminati

7 hari lalu

Kemendag Dorong Produk Pertanian Indonesia Masuk Pasar Australia, Manggis Paling Diminati

Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Atase Perdagangan RI di Canberra berupaya mendorong para pelaku usaha produk pertanian Indonesia memasuki pasar Australia.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Indonesia Perlu Tingkatkan Ekspor untuk Cegah Kenaikan Harga Komoditas

8 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Indonesia Perlu Tingkatkan Ekspor untuk Cegah Kenaikan Harga Komoditas

Indonesia perlu meningkatkan volume ekspor untuk menghindari kenaikan harga komoditas akibat konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

DFW Desak Pemerintah Usut Dugaan Kejahatan Perikanan di Laut Arafura

10 hari lalu

DFW Desak Pemerintah Usut Dugaan Kejahatan Perikanan di Laut Arafura

Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia mendesak pemerintah untuk mengusut dugaan kejahatan perikanan di laut Arafura.

Baca Selengkapnya