Rupiah Menguat, Industri Retail Tak Lantas Optimistis Karena...

Kamis, 8 November 2018 16:49 WIB

Pengunjung melihat sepatu dalam acara Midnight Sale di Senayan City, Jakarta, 25 Juni 2016. Dalam Festival Jakarta Great Sale 2016 menargetkan penjualan retail mencapai Rp15,74 triliun. TEMPO/Fajar Januarta

TEMPO.CO, Jakarta - Penguatan nilai tukar rupiah belakangan ini tak lantas membuat pengusaha retail optimistis. Pasalnya hingga akhir tahun 2018, mereka memperkirakan prospek bisnis belum akan membaik karena secara keseluruhan masih terpukul akibat tren pelemahan rupiah sejak awal tahun.

Baca: Rupiah Capai Level Terkuat Sejak 2016, Darmin: Ekspektasi Membaik

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia, Roy Nicholas Mandey, berharap pertumbuhan ritel pada kuartal terakhir tahun berjalan bisa mencapai 11-12 persen. Dengan begitu, target pertumbuhan industri ritel sebesar 10-11 persen di tahun ini dapat tercapai.

“Kuartal III/2018 pertumbuhan hanya 7 persen, lalu kuartal II/2018 mencapai 15 persen karena Lebaran dan kuartal I/2018 kemarin capai sekitar 8 persen,” kata Roy, Rabu, 7 November 2018. Ia berharap konsumsi masyarakat menjelang Natal dan Tahun Baru bisa kembali diandalkan untuk mengerek pertumbuhan penjualan retail.

Berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, kurs meneruskan tren positif dengan berada di level Rp 14.651 per dolar AS pada Kamis, 8 November 2018. Angka itu lebih kuat 113 poin ketimbang Rabu, 7 November 2018. Kala itu, nilai tukar berada di angka Rp 14.764 per dolar AS.

Advertising
Advertising

Lonjakan kurs rupiah saat ini juga tercatat lonjakan tertinggi sejak Juni 2016 dan penguatan terbesar dibandingkan dengan mata uang di Asia lainnya. Namun, sepanjang 2018, rupiah mencatatkan pelemahan 7,09 persen terhadap dolar AS.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto memprediksi industri retail kembali meredup karena masih bergantung pada konten impor dan tertekan pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Selain itu, pelemahan iklim bisnis ritel dipengaruhi daya beli konsumen yang stagnan di level 5 persen.

“Bahkan, pada kuartal III/2018 (daya beli konsumen) melandai ke level 5,01 persen karena efek Lebaran usai,” tutur Eko.

Eko menyarankan para peretail dapat mengoptimalkan momentum libur akhir tahun dan Natal pada kuartal IV agar terjadi peningkatan belanja konsumen dan produksi oleh pelaku usaha. “Terlebih, lagi libur akhir tahun bersamaan dengan libur anak sekolah,” katanya.

Selain itu, untuk memastikan bahwa potensi peningkatan permintaan pada akhir tahun diisi oleh kegiatan ekonomi domestik, para pelaku UMKM juga didorong seluas-luasnya memanfaatkan momentum ini. “Termasuk saat Harbolnas yang akan diadakan pada 12 Desember. Kesempatan itu perlu melibatkan seoptimal mungkin produk-produk dalam negeri,” tuturnya.

Baca: Soal Rupiah, Indef: Kebijakan Pemerintah Jangan Blunder Lagi

Untuk itu, pemerintah dinilai perlu memberikan insentif bagi peretail yang menjual produk dalam negeri. Insentif juga dapat diberikan kepada konsumen yang membeli produk dalam negeri dengan mendapat diskon lebih besar. “Insentif ini akan meningkatkan daya beli konsumen dan penjualan ritel,” ucap Eko.

BISNIS

Berita terkait

Harga Tiket MotoGP Mandalika Didiskon 50 Persen Selama 26 April hingga 5 Mei 2024

19 jam lalu

Harga Tiket MotoGP Mandalika Didiskon 50 Persen Selama 26 April hingga 5 Mei 2024

Harga tiket ajang MotoGP di Sirkuit Pertamina Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, didiskon 50 persen selama periode early bird.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

1 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

2 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

2 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

2 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

2 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

2 hari lalu

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

Awalil menilai pertemuan dan koordinasi antara Jokowi dan Prabowo memang diperlukan dan sangat penting dilakukan saat ini.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

2 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini masih akan menguat pada rentang Rp 16.110 - Rp 16.180. Pasar merespons kemenangan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

2 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

3 hari lalu

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo membeberkan asumsi arah penurunan suku bunga acuan The Fed atau Fed Fund Rate (FFR).

Baca Selengkapnya