Setelah 2 Bulan Deflasi, BI Prediksi Inflasi Oktober 3,05 Persen

Jumat, 26 Oktober 2018 17:43 WIB

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo ditemui usai mengikuti salat Jumat di Kompleks Bank Indonesia, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat, 19 Oktober 2018. TEMPO/Dias Prasongko

TEMPO.CO, Jakarta - Setelah dua bulan terakhir terjadi deflasi, kini Bank Indonesia (BI) memprediksi Oktober 2018 akan terjadi inflasi sebesar 0,17 month-to-month (mtm) dan 3,05 persen year-on-year (yoy). Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, perkiraan inflasi Oktober 2018 ini masih tetap rendah dan terkendali sesuai sasaran pemerintah.

Baca: Jokowi: Percuma Ekonomi Tumbuh tapi Inflasi Tinggi

"Perkiraan kami, akhir tahun ini inflasi akan berada di bawah 3,5 persen yoy atau di bawah titik tengah dari sasaran 3,5 plus minus 1 persen," kata Perry di di Kantor BI, Jakarta Pusat, Jumat, 26 Oktober 2018.

Perry menjelaskan, ada beberapa penyumbang terbesar inflasi pada bulan ini yaitu harga cabe merah yang memberikan andil inflasi 0,08 persen, bensin 0,03 persen, emas perhiasan 0,02 persen, dan cabe rawit 0,01 persen. Tapi di sisi lain, kata dia, juga terjadi deflasi yaitu pada telur ayam ras 0,03, daging ayam ras 0,02, dan bawang merah 0,02 persen.

Sebelumnya pada Agustus dan September 2018, Indonesia tercatat mengalami deflasi bulanan sebesar 0,05 persen dan 0,18 persen.
Deflasi di kedua bulan itu terjadi salah satunya akibat penurunan harga makanan. Sementara, Inflasi terakhir tercatat terjadi pada Juli 2018 sebesar 0,28 persen.

Dari catatan BPS, cabe merah dan cabe rawit sebenarnya masih menjadi penyumbang deflasi pada Agustus dan September 2018. Tapi menurut perkiraan BI ini, kedua komoditas ini mulai mengalami kenaikan harga dan menyumbang inflasi Oktober 2018. Hasil tersebut didapar BI dari survei dan pemantauan di pasaran hingga minggu keempat bulan ini.

Pada September 2018, BPS mencatat sejumlah harga makanan yang menyumbang deflasi. Beberapa di antaranya yaitu daging ayam ras 0,13 persen, bawang merah 0,05 persen, ikan segar 0,04 persen, cabai merah dan telur ayam 0,03 persen, serta cabai rawit 0,02 persen.

Sementara pada Agustus 2018, beberapa komoditas yang menyumbang deflasi adalah telur ayam 0,06 persen, bawang merah 0,05 persen), cabai merah dan cabai rawit 0,02 persen, lalu sayur-sayuran 0,01 persen.

Perry mengatakan, inflasi memang biasanya mulai meningkat beberapa bulan ke depan karena beberapa agenda seperti Natal dan liburan. "Biasa ada kenaikan akhir tahun," ujarnya. Tapi, kata dia, BI memastikan angka inflasi ini akan tetap rendah dan terkendali hingga akhir tahun ini.

Berita terkait

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

11 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

2 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

3 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

3 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya