Indonesia Masih Impor Meski Surplus Beras, BPS Beri Penjelasan

Kamis, 25 Oktober 2018 11:54 WIB

Ilustrasi beras. ANTARA/Dedhez Anggara

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik atau BPS Suhariyanto ikut menanggapi pernyataan banyak pihak yang menanyakan mengenai kebijakan pemerintah yang masih melakukan impor beras meskipun hasil produksi diperkirakan surplus hingga akhir Desember 2018.

BACA: Beras Diprediksi Surplus, Kementan: Kebutuhan Terpenuhi Produk Lokal

"Ini saya sedikit beri penjelasan supaya dapat feelnya, karena banyak pihak yang menanyakan kalau surplus kenapa masih impor," kata Suhariyanto di Kantor BPS di Jakarta Pusat, Rabu, 24 Oktober 2018.

Sebelumnya, BPS telah mengumumkan mengenai data baru mengenai Luas Panen dan Produksi Padi di Indonesia 2018. Data ini dikeluarkan dengan menggunakan perbaikan metodologi perhitungan data produksi beras melalui metode kerangka sampel area atau KSA.

Dari hasil penghitungan dengan metode KSA tersebut, BPS mengumumkan bahwa luas panen tahun 2018 diperkirakan mencapai 10,9 juta hektare. Adapun, berdasarkan perhitungan luas panen diperkirakan produksi gabah kering giling atau GKG mencapai 49,65 juta ton sampai September 2018.

Advertising
Advertising

BACA: Metode Hitung Produksi Beras Dikoreksi, Kementan: Sudah Ditunggu-tunggu

Sedangkan, potensi produksi sampai Desember 2018 diperkirakan sebesar 56,54 juta ton gabah atau setara dengan 32,42 juta ton beras. Karena itu, dengan angka konsumsi beras memcapai 29,57 juta ton per tahun, maka diketahui surplus beras diperkirakan mencapai 2,85 juta ton.

Adapun data dan metode baru ini merupakan hasil kerjasama antara BPS bersama dengan lembaga lain, seperti BPPT, LAPAN, dan BIG. Salah satu hal yang baru dari penyusunan menggunakan model KSA ini adalah digunakanakanya pencitraan satelit termutahir untuk mengukur luas baku lahan sawah.

Suhariyanto menjelaskan meski produksi beras diperkirakan surplus namun tidak bisa seluruhnya diserap oleh pemerintah. Hal ini karena keberadaannya tidak berada pada satu tempat tetapi tersebar ke banyak pihak.

"Pertama ke rumah tangga produsen, ke rumah tangga konsumen ketiga ada di pedagang, keempat ada di penggilingan, kelima ada di hotel resto dan sebagainya, kemudian ada juga di Bulog. Yang bisa dikelola pemerintah hanya ada di Bulog," kata Suhariyanto.

Mengacu pada survei kajian cadangan beras atau SKCB pada 2015, Suhariyanto memberikan ilustrasi bahwa dari total ketersebaran beras tersebut sebanyak 43 persen ada di rumah tangga produsen dan 3 persen ada di rumah tangga konsumen.

Sebagai informasi, rumah tangga produsen itu jumlahnya 14,1 juta rumah tangga. Misal diambil 44 persen dari total surplus 2,85 juta, maka jumlah 44 persen itu adalah 1,35 juta. Kemudian, kalau jumlah 1,35 juta itu dibagi ke rumah tangga produsen, maka setiap rumah tangga produsen itu hanya mempunyai surplus 7,5 kg per bulan.

Selain itu, Suhariyanto juga menjelaskan bahwa surplus tersebut dinilai masih kurang karena kebutuhan per bulan konsumsi beras nasional rata-rata mencapai 2,5 juta ton . "Kalau gitu surplus itu cukup besar atau tidak?," kata Suhariyanto.

Suhariyanto menilai adanya surplus beras adalah hal yang positif. Namun pengelolaannya harus hati-hati. Sebab harus menyesuaikan dengan kondisi produksi dan konsumsi yang berbeda tiap bulannya.

Berita terkait

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

22 jam lalu

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

Zulkifli Hasan mengatakan impor difokuskan ke wilayah sentra non produksi guna menjaga kestabilan stok beras hingga ke depannya.

Baca Selengkapnya

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

2 hari lalu

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

Diretur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi menjelaskan penyebab masih tingginya harga beras meskipun harga gabah di petani murah.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

2 hari lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

3 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

9 hari lalu

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

Partai politik pendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden mendapat jatah menteri berbeda-beda di kabinet Prabowo mendatang.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

12 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

12 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

13 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

13 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

13 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya