Tim Prabowo - Sandiaga: Kebijakan Jokowi Gagal Jaga Rupiah

Minggu, 21 Oktober 2018 06:07 WIB

Mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) wilayah Jabodetabek dan Banten menggelar aksi bela rupiah di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat, 14 September 2018. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Handi Risza Idris mengatakan kebijakan ekonomi yang dikeluarkan Presiden Joko Widodo alias Jokowi belum efektif menahan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Akibatnya, neraca dagang harus terus mengalami defisit sehingga menyebabkan melebarnya defisit transaksi berjalan dan berdampak pada pelemahan rupiah.

"Perlu ada action, pemerintah belum efektif untuk menahan laju pelemahan rupiah. Perlu langkah berani dari kepemimpinan Presiden Jokowi," kata Handi ditemui usai menjadi pembicara dalam acara diskusi bertajuk "Dollar Menguat, Benarkah Indonesia Menuju Krisis?" di Rumah Makan Mbok Berek, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu, 20 Oktober 2018.

Adapun merujuk Kurs Referensi Jakarta Interbank Dollar Spot (JISDOR) nilai tukar rupiah tercatat ke level Rp 15.221 per dolar AS. Nilai tersebut melemah dibandingkan pada Kamis, 18 Oktober 2018 yang mencapai Rp 15.187 per dollar AS.

Merujuk data RTI, pada Sabtu, 20 Oktober 2018 hingga pukul 17.00 WIB, nilai tukar rupiah telah bertengger ke level Rp 15.197 per dollar AS. Sebelumnya, sekitar pukul 14.00 WIB, rupiah sempat melemah ke level Rp 15.157per dolar AS.

Handi mengatakan sejauh ini, kebijakan pemerintah belum efektif untuk menahan laju karena sasaran belum tepat. Misalnya, ia mencontohkan bahwa kebijakan kenaikan tarif PPh impor 1.147 barang konsumsi hanya menyasar barang-barang yang memiliki nilai kecil.

Advertising
Advertising

Sebab, jika ditotal nilainya hanya mencapai 10 persen dari total impor. Karena itu nilainya tidak terlalu signifikan untuk menekan jumlah impor. "Kenapa bukan impor baja yang dikurangi atau dinaikkan tarifnya, padahal bahan itu berpengaruh besar terhadap neraca," kata Handi.

Selain itu, Handi juga mengatakan untuk menahan pelemahan rupiah, pemerintah juga perlu memikirkan opsi untuk mengurangi subsidi atau menaikkan harga bahan-bakar minyak (BBM). Handi juga mengatakan sejauh ini belum ada penyelesain masalah ekonomi secara struktural. Dalam hal ini, industrialisasi belum berjalan maksimal di era kepemimpinan Jokowi.

"Pak Jokowi berasumsi bahwa dengan memperbaiki infrastruktur itu bisa menyelesaikan masalah, ngga tahunya engga. Industri justru keteteran," kata dia.

Padahal, Handi menjelaskan, pemerintah telah mengeluarkan 16 paket kebijakan. Namun ternyata semua hal itu belum terlihat nyata dampaknya.

Menurut Handi, keputusan pemerintah untuk menetapkan mengubah asumsi makro nilai tukar rupiah Rp 15.000 per dolar AS pada 2019 adalah salah satu buktinya. Bahwa kondisi fundamental masih belum kuat dan kebijakan ekonomi belum sepenuhnya efektif.

Berita terkait

Marak Judi Online, Menteri Komunikasi: Susah, Seperti Menghadapi Hantu

9 jam lalu

Marak Judi Online, Menteri Komunikasi: Susah, Seperti Menghadapi Hantu

Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan akan terus mempersempit ruang gerak bagi pelaku judi online.

Baca Selengkapnya

Akhir Politik Jokowi di PDIP

15 jam lalu

Akhir Politik Jokowi di PDIP

Kiprah politik Joko Widodo atau Jokowi di PDI Perjuangan sudah tamat. Mantan Wali Kota Solo itu butuh dukungan partai politik baru.

Baca Selengkapnya

Menteri AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis untuk Masyarakat Sulawesi Tenggara

20 jam lalu

Menteri AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis untuk Masyarakat Sulawesi Tenggara

Menteri ATR/Kepala BPN Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY menyerahkan 300 sertifikat tanah secara simbolis untuk masyarakat Sulawesi Tenggara.

Baca Selengkapnya

Kaesang Ungkap Pesan Jokowi untuk PSI Hadapi Pilkada 2024

22 jam lalu

Kaesang Ungkap Pesan Jokowi untuk PSI Hadapi Pilkada 2024

Kaesang mengingatkan kader PSi untuk ikut berpartisipasi dalam Pilkada 2024 pada wilayah dengan potensi jumlah kursi terbanyak.

Baca Selengkapnya

1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata

22 jam lalu

1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata

Jokowi sebelumnya kembali menyinggung banyaknya masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri dalam rapat kerja Kemenkes.

Baca Selengkapnya

Jokowi Tunjuk Luhut sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional, Ini Daftar Anggotanya

1 hari lalu

Jokowi Tunjuk Luhut sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional, Ini Daftar Anggotanya

Luhut Binsar Pandjaitan ditunjuk sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional.

Baca Selengkapnya

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

1 hari lalu

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

Rencana pembukaan lahan 1 juta hektar untuk padi Cina di Kalimantan menuai pro dan kontra. Cara mendaftar menjadi penerima subsidi LPG 3 kilogram.

Baca Selengkapnya

Jokowi Minta Menlu Persiapkan Negosiasi Ketahanan Pangan dengan Vietnam

1 hari lalu

Jokowi Minta Menlu Persiapkan Negosiasi Ketahanan Pangan dengan Vietnam

Presiden Jokowi menerima laporan hasil lawatan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ke Vietnam beberapa hari lalu.

Baca Selengkapnya

Usai Tak Lagi Dianggap Kader PDIP, Gibran Bilang Belum Bergabung Kemana-Mana

1 hari lalu

Usai Tak Lagi Dianggap Kader PDIP, Gibran Bilang Belum Bergabung Kemana-Mana

"Kami berteman dengan semua, semua partai kami anggap rumah ya," ujar Gibran.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

1 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya