BPS Akan Umumkan Data Stok Beras, Ombudsman: Ini yang Ditunggu

Reporter

Friski Riana

Rabu, 17 Oktober 2018 19:22 WIB

Ketua Ombudsman Amzulian Rifai (kiri) bersama Anggota Ombudsman Bidang Penyelesaian Laporan yang membidangi Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan, Ahmad Su'aedy saat menjawab pertanyaan wartawan di gedung Ombudsman, Kuningan, Jakarta, 22 November 2016. Tempo/Richard Andika Sasamu

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Ombudsman Amzulian Rifai menyampaikan dukungannya kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla mengenai rencana pengumuman Badan Pusat Statistis (BPS) tentang stok beras.

Baca juga: Ogah Bicara Banyak, Kwik Kian Gie: Kontroversi Impor Beras, Keras

"Ini yang ditunggu-tunggu. Kita sampaikan kepada Bapak Wapres supaya ada data yang baku yang dapat jadi acuan oleh masyarakat luas," kata Amzulian usai menemui JK di kantor wakil presiden, Jakarta, Rabu, 17 Oktober 2018.

Amzulian mengatakan, selama ini masyarakat kebingungan karena data stok beras kerap berbeda-beda di beberapa instansi. Komisioner Ombudsman, Alamsyah Siregar, berharap kontroversi data pangan bisa segera selesai.

"Karena BPS akan mengumumkan, kata wapres, kira-kira mungkin minggu depan dan data akan terkoreksi. Sehingga akan terlihat sebetulnya memang neraca beras kita tidak surpus berlebihan," ujarnya.

Menurut Alamsyah, kontroversi soal data pangan bukan salah Presiden Joko Widodo. Tetapi, persoalan tersebut sudah terjadi sejak lama. Persoalan yang kerap terjadi, kata dia, banyak kepala dinas di daerah-daerah yang melebihkan jumlah stok beras di wilayah mereka. Sehingga, data stok beras selama ini selalu menggelembung.

"Orang cenderung ingin menaikkan. Saya juga sebagai kepala dinas inginnya produksi saya sukses, naik lagi ke provinsi juga sama. Jadi besar. Artinya bukan niat mereka korupsi,tapi ingin performa mereka bagus gitu," ujarnya.

BPS akan merilis data statistik pertanian yang terbaru. Data tersebut diklaim lebih akurat daripada survei pertanian, khususnya soal beras, yang dijalankan bersama Kementerian Pertanian sejak 1970-an.

Sejak 2015, BPS tidak merilis angka ramalan produksi padi. Publikasi data terhenti setelah hasil survei BPS yang menyebutkan surplus beras 10 juta ton bertolak belakang dengan kenyataan bahwa pasokan beras berkurang dan harga saat itu meroket.

Kali ini, BPS akan menggunakan metode baru untuk meningkatkan akurasi data stok beras. Pada survei terdahulu, data luas panen didapat dari surveyor dinas pertanian daerah tanpa penggunaan teknologi. Kini, BPS memakai metode kerangka sampel area (KSA) yang disokong teknologi Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) serta Badan Informasi Geospasial. Kelak, data satelit milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) juga akan menjadi acuan penghitungan panen.

Berita terkait

Takut Dipolitisasi, Ombudsman Usul Pelaksanaan Seleksi CASN DItunda sampai Pilkada Serentak

1 jam lalu

Takut Dipolitisasi, Ombudsman Usul Pelaksanaan Seleksi CASN DItunda sampai Pilkada Serentak

Ombudsman RI usul seleksi calon aparatur sipil negara (CASN) pada tahun 2024 ditunda hingga pilkada serentak 27 November karena khawatir dipolitisasi.

Baca Selengkapnya

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

1 jam lalu

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

Diretur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi menjelaskan penyebab masih tingginya harga beras meskipun harga gabah di petani murah.

Baca Selengkapnya

Seleksi CPNS Diminta Ditunda hingga Usai Pilkada, Rentan Menjadi Komoditas Politik

2 jam lalu

Seleksi CPNS Diminta Ditunda hingga Usai Pilkada, Rentan Menjadi Komoditas Politik

Ketua Ombudsman RI Mokhammad Najih menyarankan agar rekrutmen calon pegawai negeri sipil (CPNS) ditunda hingga Pilkada selesai.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

20 jam lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

23 jam lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Ombudsman Usul Seleksi CASN Ditunda usai Pilkada 2024 agar Tak Jadi Komoditas Politik

1 hari lalu

Ombudsman Usul Seleksi CASN Ditunda usai Pilkada 2024 agar Tak Jadi Komoditas Politik

Ketua Ombudsman RI Mokhammad Najih mengusulkan agar seleksi CASN ditunda hingga setelah Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Alexander Marwata Bantah Konflik Nurul Ghufron dengan Albertina Ho Sebagai Upaya Pelemahan KPK

3 hari lalu

Alexander Marwata Bantah Konflik Nurul Ghufron dengan Albertina Ho Sebagai Upaya Pelemahan KPK

Alexander Marwata membantah konflik yang sedang terjadi antara Nurul Ghufron dan anggota Dewas KPK Albertina Ho tidak ada kaitan dengan pelemahan KPK.

Baca Selengkapnya

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

7 hari lalu

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

Partai politik pendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden mendapat jatah menteri berbeda-beda di kabinet Prabowo mendatang.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

10 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

10 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya