Pertumbuhan Ekspor Melambat, BI: Karena Harga Komoditas Rendah

Selasa, 16 Oktober 2018 08:24 WIB

Pesepeda melintas di depan deretan mobil yang di parkir di pelabuhan mobil Tanjung Priok, Jakarta, 18 Mei 2015. Bank Indonesia mencatat ekspor kendaraan dan suku cadangnya meningkat 5,5 persen (year on year/YoY) terutama terjadi pada negara tujuan Arab Saudi, Filipina, dan Jepang. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan menurunnya ekspor pada September 2018 disebabkan oleh rendahnya harga komoditas, misalnya batubara. Belum lagi, saat ini Cina sebagai salah satu negara yang permintaan komoditasnya cukup tinggi, tengah mengalami pelambatan pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: Ekspor Mobil Januari-September 2018 Naik 104 Persen

"Jadi wajar permintaan ke komoditas agak melambat," ujar Perry di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin, 15 Oktober 2018. Kendati demikian, Perry bersyukur nilai ekspor masih naik ketimbang tahun lalu. "Cuma memang untuk menggenjot lebih tinggi lagi kalau hanya bertumpu pada komoditas agak susah."

Oleh karena itu, Perry menekankan pentingnya mendorong ekspor dari sisi manufaktur. Peningkatan ekspor memang diperlukan oleh Indonesia guna menekan defisit transaksi berjalan agar tidak melebar.

Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor Indonesia pada September 2018 mencapai US$ 14,83 miliar atau menurun 6,58 persen dari bulan sebelumnya. Namun, dibandingkan September 2017, ekspor meningkat 1,70 persen.

"Penurunan ekspor dari Agustus ke September disebabkan dua faktor karena penurunan ekspor migas dan non migas," kata Direktur Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti di kantornya.

Yunita mengatakan ekspor nonmigas sebesar US$ 13,63 miliar atau turun 5,67 persen dibanding Agustus 2018. Dibandingkan ekspor September 2017 naik 3,78 persen.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari - Agustus 2018 mencapai US$ 134,99 miliar atau meningkat 9,41 persen dibandingkan periode yang sama 2017. Sedangkan ekspor nonmigas mencapai US$ 122,31 miliar atau meningkat 9,29 persen.

Yunita mengatakan penurunan terbesar ekspor nonmigas September 2018 terhadap Agustus 2018 terjadi pada mesin peralatan listrik sebesar US$ 98,2 juta. Sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar US$ 75,3 juta atau 18,86 persen.

Menurut dia, sektor ekspor non migas hasil industri pengolahan Januari - September 2018 sebesar naik 5,71 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada ekspor hasil tambang dan lainnya naik 31,65 persen, sedangkan ekspor hasil pertanian turun 8,33 persen.

"Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari - September 2018 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$ 22,76 miliar atau 16,86 persen," ujar Yunita.

Yunita mengatakan posisi kedua ekspor terbesar, yaitu Jawa Timur dengan nilai US$ 14,26 miliar atau 10,56 persen dan posisi ketiga, yaitu Kalimantan Timur senilai US$ 13,67 miliar atau 10,13 persen.

CAESAR AKBAR | HENDARTYO

Berita terkait

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

3 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

6 hari lalu

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Kolaborasi LPIE dengan institusi pemerintahan membawa mitra binaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) LPEI untuk pertama kalinya menembus pasar ekspor ke Kanada.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

6 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

6 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

6 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun

6 hari lalu

Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun

Atase Perdagangan Kairo, M Syahran Bhakti berharap eksportir kopi Indonesia dapat memenuhi permintaan dari Mesir pada 2024 ini di atas Rp 1,5 triliun.

Baca Selengkapnya

Demi Lobster Kawan Vietnam

7 hari lalu

Demi Lobster Kawan Vietnam

Pemerintah membuka kembali keran ekspor lobster dengan syarat para pengusaha membudidayakannya di sini atau di Vietnam-tujuan utama ekspor lobster.

Baca Selengkapnya

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

7 hari lalu

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

PT Pupuk Indonesia mengumumkan pupuk subsidi sudah bisa ditebus di kios pupuk lengkap resmi wilayah masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kemendag Dorong Produk Pertanian Indonesia Masuk Pasar Australia, Manggis Paling Diminati

7 hari lalu

Kemendag Dorong Produk Pertanian Indonesia Masuk Pasar Australia, Manggis Paling Diminati

Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Atase Perdagangan RI di Canberra berupaya mendorong para pelaku usaha produk pertanian Indonesia memasuki pasar Australia.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Indonesia Perlu Tingkatkan Ekspor untuk Cegah Kenaikan Harga Komoditas

8 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Indonesia Perlu Tingkatkan Ekspor untuk Cegah Kenaikan Harga Komoditas

Indonesia perlu meningkatkan volume ekspor untuk menghindari kenaikan harga komoditas akibat konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya