BI Sudah Perhitungkan Revisi Pertumbuhan Ekonomi Dunia dari IMF

Selasa, 9 Oktober 2018 15:26 WIB

Gubernur BI terpilih Perry Warjiyo (kiri) bersama Deputi Gubernur BI terpilih Dody Budi Waluyo sesaat akan mengikuti rapat paripurna di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, 3 April 2018. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia atau BI Dody Budi Waluyo mengatakan BI sudah memperhitungkan revisi pertumbuhan ekonomi dunia menurut International Monetary Fund atau IMF, dari 3,9 persen menjadi 3,7 persen.

Baca juga: 4 Langkah BI Kuatkan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS

"Jadi sebenarnya semua itu sudah kami kalkulasi atau kami hitung (mengenai pertumbuhan yang menurun) sehingga pada saat kemarin kita press release (kebijakan menaikkan suku bunga) sudah menghitung hal itu," katanya saat ditemui awak media di area Bali Nusa Dua Convention Centre, Nusa Dua, Bali, Selasa, 9 Oktober 2018.

IMF merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2018 dan 2019. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia akan tumbuh mencapai 3,7 persen dari sebelumnya 3,9 persen pada April dan Juli 2018, seperti dikutip dalam laporan World Economic Outlook (WEO) edisi Oktober 2018.

"April lalu, momentum perekonomian dunia membuat kami memperkirakan pertumbuhan sebesar 3,9 persen untuk 2018 dan 2019. Tapi, mempertimbangkan perkembangan yang terjadi kemudian, angka tersebut tampaknya terlalu optimistis," ujar Kepala Ekonom IMF Maurice Obstfeld saat menggelar konferensi pers dengan media di Ruang Medan, Bali Internasional Convention Centre, Nusa Dua, Bali, Selasa.

Dalam laporan WEO edisi Oktober 2018 tertulis bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi negara maju pada 2018 dan 2019 lebih rendah 0,1 persen dibanding perkiraan yang dibuat enam bulan lalu. Sedangkan bagi negara berkembang atau emerging market juga direvisi turun -0,2 persen dan -0,4 persen untuk tahun ini dan tahun depan.

Dody melanjutkan, pertumbuhan yang turun tersebut merupakan koreksi atau adjustment dari pertumbuhan ekonomi global yang tumbuh, tapi tidak sama. Menurut dia, ada growth differential (pertumbuhan yang tak sama) antara satu negara dengan negara lain atau keseluruhan negara.

Jika dahulu pertumbuhan ekonomi yang melambat selalu berkaitan dengan negara dengan fundamental yang lemah, Dody bercerita, sekarang semua negara, baik negara maju maupun berkembang, juga mengalami pelambatan pertumbuhan ekonomi. Kondisi global saat ini memang sedang mengalami tekanan ke bawah sehingga kecenderungan bisa mempengaruhi perdagangan dunia, mempengaruhi harga komoditas, dan permintaan, baik untuk negara maju maupun emerging market.

Karena itu, merespons kondisi demikian, Dody mengatakan BI akan tetap berusaha menstabilkan rupiah dan inflasi sesuai dengan tugas dan fungsi terkait dengan moneter. Meski demikian, kata Dody, kebijakan-kebijakan untuk menjaga kestabilan moneter dan inflasi tersebut tidak mengganggu momentum pertumbuhan.

"Tapi intinya adalah bagaimana kami melakukan mix policy (bauran kebijakan) dengan pemerintah untuk menjaga demand dan supply bisa terjaga," ucap Deputi Gubernur BI tersebut.

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

20 jam lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

1 hari lalu

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

2 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

2 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

3 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

6 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

6 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

7 hari lalu

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo membeberkan asumsi arah penurunan suku bunga acuan The Fed atau Fed Fund Rate (FFR).

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

7 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

BI Naikkan Suku Bunga Acuan, Bank Mandiri: Penting di Tengah Ketidakpastian dan Fluktuasi Global

7 hari lalu

BI Naikkan Suku Bunga Acuan, Bank Mandiri: Penting di Tengah Ketidakpastian dan Fluktuasi Global

Bank Mandiri merespons soal kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI).

Baca Selengkapnya