TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan BI dan pemerintah terus berupaya menguatkan kembali nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang menembus level Rp 15 ribu per dolar AS. Perry pun menjabarkan langkah-langkah yang dilakukan BI.
Baca juga: Rupiah Masih Loyo, Sri Mulyani: Kebijakan Dievaluasi Pekan Ini
"Satu, kita terus berada di pasar, tidak hanya memantau, tapi juga melakukan langkah-langkah stabilisasi yang diperlukan sesuai dengan mekanisme pasar. Menjaga agar suplai dan demand bergerak secara baik di pasar valas," kata Perry di Kompleks Bank Indonesia, Jumat, 5 Oktober 2018.
Dalam situs resmi BI, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di angka Rp 15.182 pada 5 Oktober 2018. Angka tersebut menunjukkan pelemahan 49 poin dari nilai sebelumnya, yaitu Rp 15.133 pada 4 Oktober 2018. Sedangkan pada 5 Oktober 2018, kurs jual US$ 1 terhadap rupiah, yaitu Rp 15.258 dan kurs beli Rp 15.106.
Menurut Perry, langkah kedua yang dilakukan BI adalah terus berkomunikasi dengan perbankan dan sektor riil, termasuk berkomunikasi dengan eksportir, maupun para importir kalangan pengusaha. "Sejauh ini suplai demand berjalan baik. Apresiasi kepada pengusaha yang sama-sama menyuplai valasnya, juga perbankan yang terus menjaga mekanisme pasar," kata Perry.
Tiga, kata Perry, tentu saja mempercepat persiapan teknis berlakunya Domestic Non-Deliverable Forwards (DNDF). Perry mengatakan secara ketentuan DNDF sudah berlaku, tetapi teknis operasional perlu ada persiapan-persiapan, seperti di perbankan, kemudian dari sisi konvensi transaksinya, dari managemen risiko, dari treasurinya, dan dari IT-nya.
Di BI, kata Perry, juga langkah akselerasi dan percepatan operasional terus dilakukan. Perry yakin dalam dua mimggu ini bisa dilakukan.
"Empat melanjutkan langkah-langkah koordinasi dengan pemerintah untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan. Koordinasi dengan Bapak Menko Perekonomian, lbu Menteri Keuangan, Ketua Komisioner OJK terus diperkuat langkah lanjutan penurunan current account deficit," ujar Gubernur BI tersebut.