Kata Asosiasi Bankir Soal Kasus Kredit Fiktif SNP Finance

Kamis, 27 September 2018 06:30 WIB

Wakil Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus, Komisaris Besar Daniel Tahi Mona Sitorang bersama Karo Penas Humaa Mabes Polri, Brigadir Jendral Dedi Prasetyo, saat memperlihatkan barang bukti kasus pembobolan 14 bank di Bareskrim Polri, Senin 24 September 2018. TEMPO/TAUFIQ SIDDIQ

TEMPO.CO, Jakarta - Bankers Association for Risk Management (Bara) menilai sektor perbankan harus lebih memegang teguh prinsip kehati-hatian dalam menjalankan bisnisnya agar terhindar dari permasalahan kredit fiktif seperti yang terjadi dalam kasus PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance).

Simak: Akhir 2018, AkuLaku Berikan Pinjaman Kredit Pendidikan

Wakil Ketua Umum II Bara Vera Handajani mengatakan bahwa pada dasarnya perbankan memang harus memegang teguh prinsip kehati-hatian dan bersikap jeli dalam menjalankan due diligence saat menyalurkan kredit, termasuk dalam melihat berbagai kemungkinan buruk.

"Namun, tidak mudah bagi lender untuk melakukan due diligence terhadap perusahaan finance," katanya kepada Bisnis, Rabu 26 September 2018.

Dalam kasus kredit fiktif SNP Finance yang merugikan 14 bank di dalam negeri dengan total kerugian mencapai triliunan rupiah, lanjut Vera, memang tidak mudah bagi bank untuk melakukan due diligence terhadap perusahaan pembiayaan.

Advertising
Advertising

Vera yang juga menjabat sebagai Direktur Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk. Tersebut mengatakan, untuk menilai kredibilitas perusahaan seperti ini, peran regulator dan auditor eksternal sangat penting bagi bank. Selain itu, menurutnya perbankan juga sebaiknya tidak hanya saling berkompetisi dalam mencatatkan laba ataupun menggenjot penyaluran kredit semata, tetapi juga perlu memperkuat kerja sama untuk mengatasi praktik-praktik pemberian kredit yang tidak sehat.

"Para risk manager bisa memanfaatkan asosiasi seperti Bara untuk wadah berkomunikasi dan berbagi best practice," tambahnya.

Dia menambahkan, CIMB Niaga tidak termasuk ke dalam 14 bank yang berperkara dengan SNP. Berdasarkan catatan Bisnis, tiga dari 14 bank yang menjadi korban dalam kasus ini adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Central Asia Tbk, dan PT Bank Pan Indonesia Tbk. Bank Mandiri menjadi kreditur terbesar dalam kasus ini, dengan nilai pembiayaan kredit mencapai sekitar Rp1,4 triliun. Adapun, BCA diperkirakan menjadi kreditur kedua terbesar dengan pembiayaan mencapai sekitar Rp210 miliar.

Berita terkait

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

4 hari lalu

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mendorong lembaga keuangan penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memprioritaskan kalangan difabel.

Baca Selengkapnya

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

4 hari lalu

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

PT Chandra Asri Pacific Tbk. (Chandra Asri Group) meraih pendapatan bersih US$ 472 juta per kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

5 hari lalu

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

PT Bank OCBC NISP Tbk. mencetak laba bersih yang naik 13 persen secara tahunan (year on year/YoY) menjadi sebesar Rp 1,17 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

5 hari lalu

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. telah menyalurkan kredit konsolidasi sebesar Rp 1.435 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

6 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

6 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

7 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

7 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

10 hari lalu

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

BTN mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 7,4 persen menjadi Rp 860 miliar pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

11 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya