TP Rachmat Menilai Situasi Ekonomi Sekarang Berbeda Saat Krisis 1998

Kamis, 20 September 2018 15:35 WIB

Pimpinan Grup Astra, Theodore Permadi Rachmat. youtube.com

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden Direktur Astra International, Theodore Permadi Rachmat, mengatakan kondisi ekonomi saat ini berbeda dengan kondisi ekonomi saat krisis pada 1997-1998. Menurut dia, perbedaannya terletak pada kondisi inflasi yang tinggi dan kondisi perbankan yang tidak sehat.

BACA: Ini Sebab Danareksa Prediksi Pertumbuhan di 2019 Bakal Terkoreksi

"Waktu itu perbankan rusak. Inflasi tinggi (sempat menyentuh 77 persen). Sekarang inflasi kita 3,2 persen. Sebelum tiga tahun terakhir, inflasi kita tidak pernah di bawah 5 persen. Itu yang penting, inflasi jangan naik," kata pria yang disapa Teddy ini ketika melakukan wawancara khusus dengan majalah Tempo, Rabu, 12 September 2018.

Sebelumnya, banyak beredar di media sosial bahwa pelemahan rupiah yang terus terjadi disebut-sebut menyamai kondisi pada krisis ekonomi 1997-1998. Kekhawatiran itu juga didorong oleh pelemahan rupiah yang terus melemah hingga ke level Rp 15 ribu per dolar AS. Misalnya, pada 5 September 2018, merujuk situs resmi Bank Indonesia, kurs jual rupiah mencapai level Rp 15.002 per dolar AS. Adapun Jakarta Interbank Spot Dollar Rate waktu itu mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai Rp 14.972 per dolar AS.

BACA: Bahas Masalah Ekonomi, Prabowo Bertemu Kwik Kian Gie Malam Ini

Advertising
Advertising

Selain itu, kata Teddy, perbedaan kondisi ekonomi saat itu dengan saat ini berbeda karena situasi politik yang melingkupi. Menurut dia, krisis ekonomi yang terjadi pada 1998 diikuti oleh kondisi politik yang melihat Presiden Soeharto sudah terlalu lama berkuasa karena sudah 32 tahun.

Dia bercerita kondisi krisis ekonomi 1998 membuat market di Indonesia hancur. Akibatnya, banyak orang tak mampu membeli mobil dan sepeda motor yang diproduksi oleh perusahaan.

"Sekarang beda. Baru saja kami ngomong dengan para dealer sepeda motor, harga jual mereka enggak naik," kata Teddy, yang juga pendiri PT Triputra Investindo Arya yang membawahi bisnis di bidang perkebunan, manufaktur, pertambangan, dan perdagangan.

BACA: Sri Mulyani Minta Pengusaha Tak Panik Hadapi Dinamika Ekonomi

TP Rachmat juga menilai bahwa pelemahan rupiah yang terjadi saat ini memiliki efek berbeda dengan masing-masing bisnis. Jika rupiah melemah, tentu yang dirugikan adalah para importir, sedangkan yang diuntungkan adalah para eksportir. Salah satu yang dirugikan, kata Teddy, misalnya para importir mobil mewah seperti Lamborghini.

Teddy mengaku lebih senang dengan kondisi pelemahan rupiah karena lebih menguntungkan bisnisnya yang lebih banyak bergerak di bidang ekspor. Misalnya, bisnis PT Kirana Megatara, anak usaha miliknya yang hampir 100 persen ekspor karet.

"Jadi, saat rupiah melemah, saya lebih senang, ha-ha-ha.... Yang komplain dolar naik kan orang-orang Jawa saja. Orang-orang yang hidup dari perkebunan dan pertambangan di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi tertawa semua," katanya.

Teddy juga berujar, kondisi perekonomian waktu itu, terutama di masa kepemimpinan Presiden Soeharto, devaluasi sering terjadi. Karena itu, jika dibandingkan dengan saat ini, kondisi ekonomi saat ini jauh lebih baik.

TIM MAJALAH

Berita terkait

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

2 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

3 hari lalu

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

Program Investing in Women adalah inisiatif Pemerintah Australia yang akan fokus pada percepatan pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Modus-modus Kawin Kontrak, Dijanjikan Mahar Jutaan Rupiah

6 hari lalu

Modus-modus Kawin Kontrak, Dijanjikan Mahar Jutaan Rupiah

Kasus kawin kontrak kembali mengemuka. Berikut modus-modus kawin kontrak, termasuk soal mahar jutaan rupiah.

Baca Selengkapnya

Rapat Dewan Gubernur BI Akan Turut Evaluasi Perkembangan Ekonomi Global

6 hari lalu

Rapat Dewan Gubernur BI Akan Turut Evaluasi Perkembangan Ekonomi Global

Asisten Gubernur BI Erwin Haryono mengatakan dalam Rapat Dewan Gubernur Bulanan di antaranya akan membahas perkembangan ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Apa Kata Pengamat Ekonomi jika Konflik Iran-Israel Berlanjut bagi Indonesia?

9 hari lalu

Apa Kata Pengamat Ekonomi jika Konflik Iran-Israel Berlanjut bagi Indonesia?

Konflik Iran-Israel menjadi sorotan sejumlah pengamat ekonomi di Tanah Air. Apa dampaknya bagi Indonesia menurut mereka?

Baca Selengkapnya

Terkini: Strategi Sri Mulyani Antisipasi Dampak Ekonomi Serangan Iran ke Israel, Rupiah dan IHSG Melemah Dampak Geopolitik Timur Tengah

11 hari lalu

Terkini: Strategi Sri Mulyani Antisipasi Dampak Ekonomi Serangan Iran ke Israel, Rupiah dan IHSG Melemah Dampak Geopolitik Timur Tengah

Ketegangan situasi geopolitik Timur Tengah dapat berdampak kepada Indonesia di berbagai indikator ekonomi.

Baca Selengkapnya

Ini Strategi Sri Mulyani Antisipasi Dampak Ekonomi usai Serangan Iran ke Israel

11 hari lalu

Ini Strategi Sri Mulyani Antisipasi Dampak Ekonomi usai Serangan Iran ke Israel

Perkembangan situasi ekonomi dan keuangan global dan tensi geopolitik yang sangat tinggi bergerak cepat dan dinamis.

Baca Selengkapnya

Terkini: Sri Mulyani Adakan Rapat di Tengah Konflik Iran dan Israel, Kemenhub Berangkatkan Peserta Arus Balik Gratis dengan 160 Bus

12 hari lalu

Terkini: Sri Mulyani Adakan Rapat di Tengah Konflik Iran dan Israel, Kemenhub Berangkatkan Peserta Arus Balik Gratis dengan 160 Bus

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengadakan rapat bersama Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara serta jajaran eselon I Kemenkeu.

Baca Selengkapnya

Ekonom Mari Elka Pangestu Sebut Serangan Iran ke Israel Pengaruhi Ekonomi Dunia, termasuk Indonesia

12 hari lalu

Ekonom Mari Elka Pangestu Sebut Serangan Iran ke Israel Pengaruhi Ekonomi Dunia, termasuk Indonesia

Ekonom Mari Elka Pangestu buka suara soal serangan Iran ke Israel yang nantinya bakal berdampak ke perekonomian dunia termasuk Indonesia. Hal itu akan berpengaruh terhadap terjadinya inflasi.

Baca Selengkapnya

JPMorgan Ingatkan Amerika Serikat Hadapi Risiko Geopolitik dan Dalam Negeri

18 hari lalu

JPMorgan Ingatkan Amerika Serikat Hadapi Risiko Geopolitik dan Dalam Negeri

JPMorgan ingatkan Amerika Serikat sedang menghadapi kuburan risiko buntut dari ketegangan geopolitik dunia dan polarisasi politik dalam negeri

Baca Selengkapnya